Jumat, 30 September 2011

KOLEKSI JAM ANTIK JUNGHANS


Oleh: Irman Musafir Sufi
Bulan lalu saya sempat motret beberapa koleksi jam junghann bokap di sukabumi (beberapa karena banyak), bokap mulai mengoleksi jam sekitar 10 tahun yang lalu, awalnya beliau mendapatkan jam antik junghans ini dari temannya seorang haji, karena tertarik kemudian dalam setiap kesempatan tholabul ilmi selalu sekalian hunting terutama haji-haji di desa sekitar sukabumi cianjur, sebenarnya bukan cuma jam antik beliau juga mengkoleksi lampu jadul tapi karena koleksinya sedikit maka tidak saya bahas. koleksi bokap ini menjadikan cucu-cucunya (termasuk anak saya) menyukai jam, memutar dan membunyikannya sampe rusak he he


Jam antik Junghansnya yang sekarang ada dirumah beliau sekitar 12 buah mulai dari 2 kawat sampai 6 kawat, mulai dari jam dinding biasa, jam meja kayak radio, jam kikuk (yang keluar burung saat bunyi) bahkan ada jam duduk setinggi 2 meter, (tapi jam duduk ini mesinnya sedang diperbaiki) , tahunnya rata-rata 1800an sampa dengan awal 1900an,  kalau ada kumpul2 keluarga di rumah bokap, pada jam tertentu apalagi jam 12 malam dentang jamnya bersahut-sahutan (anak saya bilangnya jam neng nong), dan istri saya akhirnya selalu minta semua jam dimatikan saat kami berkunjung karena anak saya ga bisa tidur. Jam yang dirumah bokap ternyata cuma sisa, yang lainnya ada 3 buah disimpan di rumah saya (bukan disimpan sih saya yang minta), yang paling suka ada jam dinding mungil dengan angka romawi tetapi suaranya lumayan kencang, lucu banget. Yang lainnya ada yang dibawa kakak dan adik saya, selain itu sekitar hampir 20 buah sudah diberikan ke masjid-masjid di sekitar cianjur selatan, kata ayah saya buat bekal dia khirat (bokap dan nyokap saya lahir di cianjur selatan, daerah pagelaran dan sekitarnya), saya kurang tahu nasibnya jam-jam tersebut karena ada beberapa berita katanya mati trus pada dicoba diputer tapi tetap ga bisa jalan.
Untuk mengurus jam tersebut memang ga mudah, karena posisi jam serta cara muter juga pengaruh, ayah saya punya teknisi jam sendiri yang pertama namanya mang daud almarhum dan yang sekarang mang enay, mange nay ini buka praktek di pasar sukabumi, jika ada masalah dengan jamnya mereka selalu siap dipanggil. Mang enay memprediksi bahwa sayalah yang akan meneruskan koleksinya, tapi ga tau juga saat ini yang saya koleksi cuma jam tangan dan buku saja, dan tidak terlalu serius, sebelumnya saya sempat koleksi uang kuno dengan serius, uangnya cukup lengkap dari koin sampai kertas, dari jaman majapahit sampai dengan tahun 60-an, bahkan saya sempat punya uang majapahit bolong segede gaban (lebih besar dari CD), sayang saat kuliah barang2 tersebut hilang entah kemana. Jadinya sekarang males koleksi-koleksi lagi.
Jam dinding Junhans buatan Jerman ini memiliki 5 senar baja dengan sistem putar dan berdentang setiap 1/4 jam, keistimewaan dari jam dinding ini selain seluruh materialnya yang masih orisinil juga karena jam ini adalah jam mekanis, alias jam yang sama sekali tidak menggunakan listrik ataupun komponen elektronika seperti baterai. Saya pribadi sangat mengagumi mekanisme kerja jam mekanik yang bisa dibilang tidak sederhana, memerlukan perhitungan dan ketepatan yang prima guna membuat gir-gir kecil didalamnya bisa berputar dan bersinergi secara harmonis dengan puluhan komponen lainnya sehingga menghasilkan presisi yang tinggi.
Jam junghans ini memang sangat diminati oleh penggemar jam. Pabrik Junghans didirikan pada 1861 oleh Erhard Junghans bersama Jacob Zeller, pada mulanya hanya memproduksi komponen-komponen dari jam lain yang sudah ada di pasaran, selanjutnya pada 1866 baru mulai memproduksi jam secara lengkap. Diteruskan oleh anaknya pada 1875, Arthur Junghans menciptakan berbagai macam inovasi baru yang semakin memperkokoh posisi jam Junghans di pasaran saat itu, hingga mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1903 dengan 3000 pekerjanya berhasil memproduksi 3 juta jam setiap tahunnya. Bahkan saat ini pabrik pertama mereka dijadikan museum dan peninggalan artifak di Jerman. Wallahu a’lam

Kamis, 29 September 2011

Belajar kepada Umar bin Abdul Aziz


Oleh: Irman Musafir Sufi
Setiap hari kita disuguhi berita-berita mengenai tingkah laku pejabat yang korup, rakyat yang tidak sejahtera, kekerasan merajalela, para pengamat berdiskusi di TV tanpa memberikan perubahan sedikitpun, TV-TV tambah lebay mengabarkan. Berulang kali presiden kita menegaskan komitmennya dalam pengentasan kemiskinan, pemberantasan korupsi dsb dengan gaya khasnya, namun dari review media, terkesan rakyat menganggapnya sekedar politik pencitraan alias lip service alias omdo, sangat berbeda antara wajah di televisi dan fakta di lapangan. Berita-berita mengabarkan Pemberantasan korupsi tebang pilih, kasus-kasus besar tak terungkap seperti kasus munir, kasus century, para wakil rakyat bermewah-mewahan, menghabiskan uang rakyat. Jika kita jadi SBY mungkin bingung dengan kondisi seperti ini kemana dia harus bercermin dan mengadu?
Kata si Mandra, Ngapain bingung bingung? Islam adalah jawaban semua hal, islam juga memberikan contoh kasus yang dapat dipelajari dan dijadikan model, salah satu model yang saya ajukan adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, kenapa harus Umar? Karena kondisi pada saat umar berkuasa hampir sama dengan kondisi Indonesia sekarang, Mungkin kita tahu Pergantian sistem kekhalifahan ke sistem dinasti ini sangat berdampak pada Negara Islam saat itu. Penguasa mulai memerintah dalam kemewahan. Setelah penguasa yang mewah, penyakit-penyakit yang lain mulai tumbuh dan bersemi. Ambisi kekuasaan dan kekuatan, penumpukan kekayaan, dan korupsi mewarnai sejarah Islam dalam Dinasti Umayyah, kondisi politikpun lebih parah karena para politisi tak segan-segan saling bunuh demi kekuasaan.

Umar Bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah pada usianya 37 tahun. Meskipun Sistem kekhalifahan Bani Umaiyah mengikuti budaya para raja (monarki) namun Umar bin Abdul Aziz adalah satu-satunya khalifah Bani Umayyah yang bukan merupakan anak khalifah. beliau ternyata ditunjuk oleh Sulaiman bin Abdul Malik tetapi beliau tidak suka kepada pelantikan tersebut. dimana sistem itu bertentangan dengan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mengamalkan sistem Syura. Karena itulah Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengembalikan sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin. Pada hari pelantikannya Sayidina Umar bin Abdul Aziz naik ke atas mimbar masjid Umawi di Damsyik lalu mengistiharkan peletakan jabatannya dan tidak akan memerintah melainkan jika dilantik secara syura. Ketika beliau turun dari mimbar, orang banyak membaiahnya dan melantiknya sekali lagi menjadi khalifah berdasarkan sistem syura.  Beliau memerintah kurang lebih 2,5 tahun namun dalam masa itu beliau berhasil memberantas korupsi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membersihkan pejabat-pejabat Negara.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pemimpin yang paling disenangi rakyatnya. Banyak ahli sejarah menjulukinya dengan Khulafaur Rasyidin kelima. Saat menjadi khalifah, Umar pernah mengambil paksa harta yang dimanfaatkan keluarga khalifah karena melakukan abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) dan menyerahkannya ke baitulmal. 

Umar juga membuat kebijakan menghapus pegawai pribadi bagi khalifah. Umar menekankan terjalinnya kedekatan hubungan antara pejabat dan rakyat. Umar juga berhasil menciptakan kemakmuran. Hal itu tergambar dari sulitnya mencari penerima zakat sehingga harta negara yang berasal dari zakat sampai menggunung. Menariknya, meskipun rakyat hidup makmur, Umar tetap hidup sederhana. Ia pernah membuat petugas protokoler terkejut.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berujar “ Negara itu mempunyai beberapa tiang dan ia tidak akan berdiri tanpa tiang-tiang itu. Tiang pertama adalah Gubernur, yang kedua adalah hakim, yang ketiga adalah bendahara atau penguasa baitul mal, dan yang keempat adalah saya…”
Menarik untuk disimak bahwa empat pilar itu, presiden, menteri kehakiman, menteri keuangan dan gubernur memegang penting atas terselenggaranya Negara, menurutnya kesulitan atau krisis ekonomi yang sering membuat suatu Negara menjadi kacau dan terpuruk, bukan disebabkan oleh kurangnya kekayaan yang dimiliki. Sumbernya justru terletak pada ketidakbenaran dan ketidakmmpuan mengelola dan mendistribusikan kekayaan itu secara merata, oleh karenanya kebijakan diawal pemerintahannya adalah menghapus hak2 istimewa para pejabat dan mendistribusikannya dalam program kesejahteraan rakyat yang nyata.
Ia perintahkan kepada setiap gubernurnya, agar semua warga (muslim dan non muslim) memiliki:
  • -       Sebuah rumah tempat tinggal
  • -       Seorang pembantu yang akan meringankan pekerjaannya
  • -       Seekor kuda untuk berjihad terhadap musuh
  • -       Perabot rumah tangga seperlunya
  • -       Melunasi utang warganya yang diambil dari baitu mal.


Perubahan awal yang dilakukan pada masa pemerintahannya (anggaplah 100 hari pemerintahan) diantaranya menghapuskan cacian terhadap Sayidina Ali b Abu Thalib dan keluarganya yang disebut dalam khutbah-khutbah Jumaat dan digantikan dengan beberapa potongan ayat suci al-Quran 
2) merampas kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan mengembalikannya ke Baitulmal 
3) memecat pegawai-pegawai yang tidak cekap, menyalahgunakan kuasa dan pegawai yang tidak layak yang dilantik atas pengaruh keluarga Khalifah 
4) menghapuskan pegawai pribadi bagi Khalifah sebagaimana yang diamalkan oleh Khalifah terdahulu. Ini membolehkan beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa sekatan tidak seperti khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan askar-askar yang mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa. 

Selain daripada itu, beliau amat menitilberatkan tentang kebajikan rakyat miskin di mana beliau juga telah menaikkan gaji buruh sehingga ada yang menyamai gaji pegawai kerajaan (bukan sebaliknya wew). 

Beliau juga amat menitikberatkan penghayatan agama di kalangan rakyatnya yang telah lalai dengan kemewahan dunia. Khalifah umar telah memerintahkan umatnya mendirikan solat secara berjamaah dan masjid-masjid dijadikan tempat untuk mempelajari hukum Allah sebegaimana yang berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para Khulafa’ Ar-Rasyidin. Baginda turut mengarahkan Muhammad bin Abu Bakar Al-Hazni di Mekah agar mengumpulkan dan menyusun hadith-hadith Raulullah SAW. Beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah tabiin lain dan banyak pula ulama hadis yang meriwayatkan hadis daripada beliau. 

Dalam bidang ilmu pula, beliau telah mengarahkan cendikawan Islam supaya menterjemahkan buku-buku kedoktoran dan pelbagai bidang ilmu dari bahasa Greek, Latin dan Siryani ke dalam bahasa Arab supaya senang dipelajari oleh umat Islam. 

Dalam mengukuhkan lagi dakwah Islamiyah, beliau telah menghantar 10 orang pakar hukum Islam ke Afrika Utara serta menghantar beberapa orang pendakwah kepada raja-raja India, Turki dan Barbar di Afrika Utara untuk mengajak mereka kepada Islam. Di samping itu juga beliau telah menghapuskan bayaran Jizyah yang dikenakan ke atas orang yang bukan Islam dengan harapan banyak yang akan memeluk Islam. 

Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau ingin semua rakyat dilayani dengan adil tidak memandang keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai keadilan di zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab. 


Di era moderen sekarang, pemerintahan di banyak negara gencar memburu pajak dalam upaya meningkatkan penerimaan negara, dan berhasil; namun bertahun-tahun anggaran negaranya tetap saja defisit. Umar bin Abdul Aziz, semasa kekhalifahannya yang tidak sampai tiga tahun, menghapus berbagai macam pajak dan anggaran negaranya senantiasa surplus!
Umar bin Abdul Aziz berhasil menyeimbangkan  antara kekuatan supply and demand bahkan terjadi surplus pendapatan dalam neraca anggaran negara, tidak lain semua anggaran itu dipergunakan untuk memperbaiki kondisi rakyatnya dalam semua dimensi baik dalam dimensi spiritual maupun matriil, untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya sehingga semuanya hidup dalam peringkat ekonomi yang cukup (kemiskinan dan pengangguran tidak didapatkan pada masa kepemimpinannya), dan tercapailah keadilan dalam pendistribusian kekayaan (anggaran) kepada rakyatnya, dan Umar Bin Abdul Aziz selalu menghimbau kepada rakyatnya untuk selalu melakukan investasi dalam berbagai bentuk dan juga menerapkan sistem perpajakan untuk mencapai keseimbangan ekonomi, secara ringkasnya Umar bin Aziz telah mampu mendesain rakyatnya dengan kemakmuran dan kesejahteraan, yang mana sistem konvensional tidak akan bisa mencapai target ekonomi yang mengagumkan ini.
Hal ini juga diakui Roger Garaudi (penulis Prancis dalam bukunya kembali ke Islam), dia mengatakan: "Konsep ekonomi Islam sangat kontradiksi dengan ekonomi yang dipahami barat, yang mana ekonomi hanya dipahami sebatas produksi dan konsumsi sebagai tujuan utamanya; bagaimana dapat memproduksi sebesar-besar sehingga dapat menkonsumsi sebanyak-banyaknya baik komoditi itu bermanfaat maupun tidak, dengan tidak memperhatikan tujuan-tujuan hidup kemanusiaan, sedangkan dalam ekonomi Islam tidak hanya bertujuan pada pertumbuhan saja, tapi bagaimana dapat mencapai keseimbangan"( Hasan Taqi : 1402 H, hal. 102).
Umar memberi solusi atas problem2 ekonomi sebagai berikut:
Pertama dengan memberantas korupsi dari para koruptor baik dari kelas kakap sampai kelas teri. Agar semua kekayaan itu dikembalikan kepada negara.
Kedua dengan merekonstruksi sistem perpajakan, yang mana pada waktu itu banyak para pejabat yang tidak membayar pajak, akan tetapi rakyat kecil lah yang dikenai pajak yang melampui batas. Sehingga semua ini membutuhkan reformasi sistem perpajakan agar menjadi adil dalam pemasukan anggaran negara.
Ketiga, penghematan anggaran dalam pemberian fasilitas pejabat negara dan juga penghematan dalam perayaan peringatan hari besar keagamaan dan kenegaraan.
Banyak konsep atau instrumen fiskal dalam teori ekonomi moderen yang menjanjikan hasil positif, namun setelah dilaksanakan justru menimbulkan hal negatif. Padahal, jauh sebelum teori ekonomi moderen tersebut muncul, instrumen fiskal yang serupa justru mempersembahkan hasil positif tatkala diterapkan oleh Umar bin Abdul Aziz. Apakah teorinya ataukah sang praktisi teori (pemerintah) yang salah? Pemerintah negara-negara moderen agaknya tidak cukup hanya belajar dari kebijakan fiskal Umar bin Abdul Aziz, akan tetapi juga dan justru harus bercermin pada kepribadian sang khalifah itu sendiri! Semasa menjabat khalifah, ia mengembalikan seluruh gajinya ke kas negara (baitul maal). Penghasilan bulanannya ketika itu senilai 200 dinar bersumber dari sebidang tanah milik pribadi hasil belian sendiri. Padahal gaji terendah pegawai kantor pusat kekhalifahannya 300 dinar.  
Hidupnya juga sangat saleh, sejak menjadi gubernur madinah dia menyeru semua muslim untuk selalu shalat berjamaah, seperti diberitakan Dari Zaid bin Aslam bahawa Anas bin Malik telah berkata : “Aku tidak pernah menjadi makmum di belakang imam selepas wafatnya Rasulullah SAW yang mana solat imam tersebut menyamai solat Rasulullah SAW melainkan daripada Umar bin Abdul Aziz dan beliau pada masa itu adalah Gubernur Madinah”

Dalam memberantas korupsi pun tidak tanggung-tanggung, Jika Indonesia, memiliki Komisi Pemberantasan Korupsi; tugasnya mengintai dan memindai serta menindak orang-orang yang berkorupsi. Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz tidak memiliki badan atau lembaga pemberantasan korupsi. Umar justru turun tangan sendiri sebagai pencegah korupsi, seperti terlihat Dalam bulan pertama menjabat khalifah, salah satu projek utamanya ialah memecati pejabat pemerintahan sebelumnya yang korup dan menyalahgunakan perolehan pajak. Bukan hanya itu, ia bahkan dengan berani menghapus hak-hak istimewa Dinasti Umayyah atas perolehan kas negara, sesuatu yang sebelumnya sudah berlangsung turun-temurun. Subhanallah (Dari berbagai sumber)

Rabu, 28 September 2011

MUSIK BLUES DAN ISLAM


Oleh: Irman Musafir Sufi
Kita tahu music blues berasal dari Amerika Serikat, ibu saya bilang kalo music blues itu orang ngomel, ngoceh, marah-marah dikasih music, mungkin benar juga karena dalam lagu blues kadang kadang merintah, tiba tiba melengking sesuai alunan jiwa. Beberapa sumber yang saya baca menunjukkan keterkaitan anatara music blues dan tradisi muslim budak-budak afrika, Selama tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang ada. Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang didatangkan berasal dari daerah-daerah yang dipengaruhi oleh Islam. sebagian besar mereka memeluk agama islam Walaupun ditekan oleh pemilik budak untuk mengadopsi agama Kristen dan memberikan mereka cara-cara lama, banyak budak ini terus mempraktekkan agama dan adat istiadat mereka, menyatu atau tradisi dari Afrika ke lingkungan baru mereka di Selatan sebelum perang. Meski dipaksa melakukan pekerjaan kasar perkebunan, namun  sepanjang hari-hari mereka masih tetap menyuarakan kepercayaan dalam Al Quran, dengan senandung, sholawat dsb.
Dalam data di pemerintah Amerika serikat sekitar 1600-1800an terdapat banyak data muslim afrika seperti muslim yang kabur dan diiklankan dengan nama-nama Osman, hagar, Mahomet, yusuf, musthafa, ada kunta yang dilaporkan majikan karena menulis alquran atau sholat, ayuba sulaeman diallo, ayuba bahkan mampu menulis 3 jilid al quran dengan ingatan. Ada juga yang kabur dari pemiliknya dan bergabung dengan indian seperti Salem, bahkan ada yang bergabung dengan tentara seperti bumpett muhammed seorang kopral, yusuf bin ali (nama bekennya Josef Benhaley) yang bergabung dengan tentara continental. Praktek keseharian iniakhirnya berkembang menjadi senandung ocehan, sejajar dengan tradisi menyanyi yang berbeda dari Afrika - ke teriakan dan berteriak yang memperanakkan musik blues.
Darimana kesimpulan itu didapat? Gaya vokal kebanyakan penyanyi Blues serta lengkingan gitar blues menggunakan melisma, intonasi bergelombang. Gaya vokal seperti itu merupakan peninggalan masyarakat di Afrika Barat yang telah melakukan kontak dengan dunia Islam sejak abad ke-7 dan 8 M. Melisma menggunakan banyak nada dalam satu suku kata. Sedangkan, intonasi bergelombang merupakan rentetan yang beralih dari mayor ke skala minor dan kembali lagi. Hal itu sangat umum digunakan saat kaum Muslim melantunkan adzan dan membaca Alquran. Kita ingat rasulullah SAW jika membaca ayat tentang azab maka beliau baca dengan nada takut bahkan menangis, kemudian jika ayatnya tentang kabar baik maka dibaca dengan gembira dan jika ayat tentang perintah Tuhan maka rasulullah membacanya dengan tegas dan nada tinggi.
Sylviane Diouf seorang penulis dan ilmuwan serta peneliti pada Schomburg Center for Research in Black Culture di New York mencoba membuktikannya. Diouf memutar dua buah rekaman di hadapan publik yang hadir di sebuah ruangan Universitas Harvard, yaitu :
1. Rekaman yang berisi lantunan adzan/ panggilan bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat;
2. Rekaman yang berisi lagu Blues lawas yang pertama kali muncul di Delta Mississippi sekitar 100 tahun lalu yang dikenal dengan nama Levee Camp Holler.
Levee Camp Holler bukanlah lagu blues yang terbilang biasa. Lagu itu diciptakan oleh Muslim kulit hitam asal Afrika Barat yang bekerja di Amerika pasca perang sipil. Lirik lagu Levee Camp Holler yang diperdengarkan Diouf itu terdengar seperti panggilan adzan dan berisi tentang keagungan Allah. Seperti halnya lantunan adzan, lagu itu menekankan kata-kata yang terdengar bergetar. Menurut Diouf, langgam yang sengau antara lagu Blues Levee Camp Holler yang mirip adzan juga merupakan bukti adanya hubungan antara keduanya.
Cara lain budak muslim memiliki pengaruh tidak langsung pada musik blues: instrumen yang mereka mainkan. Drum (yang biasa di antara budak-budak dari Kongo dan wilayah non-muslim Afrika) adalah dilarang oleh pemilik budak kulit putih, yang merasa terancam oleh kemampuannya untuk membiarkan budak berkomunikasi satu sama lain dan dengan cara pertemuan-pertemuan besar yang terinspirasi dari budak. Instrumen bersenar (yang disukai oleh budak dari daerah-daerah muslim Afrika, di mana ada musik tradisi panjang cerita) umumnya diperbolehkan karena menganggap mereka pemilik budak Eropa mirip dengan instrumen seperti biola. Jadi budak yang berhasil kasar bersama banjo atau instrumen lain (banjo Amerika berasal dari budak Afrika) dapat bermain secara lebih luas di masyarakat.Solo ini berorientasi Slave unsur-unsur musik yang terdapat dalam bahasa Arab-Islam gaya lagu yang telah dicetak oleh berabad-abad kehadiran Islam di Afrika Barat, kata Gerhard Kubik, seorang profesor etnomusikologi di University of Mainz di Jerman yang telah menulis buku yang paling komprehensif di Afrika sambungan ke musik blues ( "Afrika dan Blues"). secara tidak sadar echo Arab-Islam adalah pola dalam musik mereka.Karna ciri khas dari budaya africa ialah minor,mereka sangat suka memainkan minor
dalam scala musik minor tercipta dari mayor,secara otomatis mereka mengetahui pola dalam blues itu sendiri.

Gitar juga berasal dari Arab, Gitar modern adalah keturunan langsung oud, kecapi Arab yang diperkenalkan ke Eropa selama pemerintahan Muslim Spanyol. Gitar sendiri berasal dari bahasa arab Al Qitarra yang dalam bahasa spanyol menjadi Guitarra. Islam dan budaya Arab yang jelas telah mempengaruhi musik lain di seluruh dunia, termasuk flamenco, yang berakar dalam tujuh abad pemerintahan Muslim di Spanyol. Pada kenyataannya, ada hubungan antara musik Renaissance dan budaya Arab-Islam, sebuah hubungan yang telah mempelajari dengan lebih daripada hubungan antara muslim budak kulit hitam di Amerika dan blues. (Dari berbagai sumber)


Minggu, 25 September 2011

LATIHAN TEKNIK PHOTOGRAFI DI SEKITAR RUMAH


Oleh: Irman Musafir Sufi

Selama hampir sebulan saya mencoba belajar  photografi melalui artikel majalah camera digital maupun dari teman, dua orang teman saya selalu membantu saya saat ini adalah Kang Hendra, beliau adalah teman semasa kuliah dan di perkumpulan Mitra Sunda Jember, beliau menekuni photografi sejak lama, terutama saat bekerja di Australia, hasil jepretannya bagus banget kebetulan di Australia juga banyak view yag menakjubkan.  Selain itu temen kos saya Panda Ramadhan (Bayu), dia pernah menjadi juara pertama lomba photo Nutricia, hasil jepretan dia juga lumayan jago. Sebenarnya ada satu lagi kawan yang membantu saya yaitu temen semasa SMA Kang Emang Gunawan, namun karena jarak dan kesibukan, komunikasi seringnya melalui facebook.
Kang Hendra memberi saya saran kritis, menurut dia kalau mau belajar jadi photographer jangan sekali-sekali mengedit photo, jika itu dilakukan maka kamu bukanlah photographer tetapi editor. Hmmm mungkin benar juga, meskipun saya sudah mulai mempelajari photoshop CS3 tetapi prinsip itu akan saya pegang selama belajar, tidak akan mengedit photo.
Supaya memahami dengan benar saya juga usahakan untuk selalu mengatur setingan secara manual (maklum belajar), meskipun terkadang perlu waktu cukup lama dalam penentuan eksposur (bukan expose syur), minimal saya bisa faham secara langsung mengenai teknik photografi. Kalo baca-baca artikel kesannya sangat mudah banget dipelajari, seperti Fotografer kenamaan, Bryan Peterson, menerangkan konsep eskposur secara mudah. Peterson member ilustrasi tentang tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami eksposur, dia menamai hubungan ketiganya sebagai sebuah Segitiga Fotografi. Setiap elemen dalam segitiga fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.

Ketiga elemen tersebut adalah:
    ISO – ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya
    Aperture – seberapa besar lensa terbuka saat foto diambil
    Shutter Speed – rentang waktu “jendela’ didepan sensor kamera terbuka
Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut eksposur.  Perubahan dalam salah satu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam elemen lainnya. Secara sederhana bisa diumpamakan seperti halnya sebuah keran air. Shutter speed bagi saya adalah berapa lama kita membuka keran, aperture adalah  seberapa lebar kita membuka keran dan ISO adalah kuatnya dorongan air dari PDAM, dan air yang mengalir melalui keran tersebut adalah cahaya yang diterima sensor kamera.
Saya mulai mencoba mempraktekkan  beberapa teknik pemotretan disekitar rumah saya, diantaranya membuat latar yang blur, dan membekukan gerakan, Untuk latar belakang yang blur sudah lumayan saya bisa faham, intinya bukaan sempit akan menghasilkan latar yang lebih blur, saya coba photo anak saya dengan menegaskan wajah dan memblurkan latar (saking tegasnya sampe ingusnya kelihatan, maklum lagi pilek he he he), selain itu saya coba juga kepada kura-kura saya dan kupu-kupu dibelakang rumah. Untuk membekukan gerakan saya mencoba memotret capung dan lalat namun sayangnya saya ada kendala dengan lensa yang kurang maksimal serta hewan yang susah didekati (kabur melulu), akhirnya istri saya memberi solusi melalui cucuran air dari keran PDAM ke ember, meskipun saya bingung dengan temanya tetapi minimal saya sudah memahami konsep membekukan gerakan dengan mempercepat shutter. Mudah-mudahan nantinya teknik lainnya bisa saya praktekkan satu persatu. Wallahu a'lam

PORSI SEJARAH ISLAM DALAM SEJARAH DUNIA

Oleh: Irman Musafir Sufi
Sesudah absen beberapa saat Alhamdulillah  kali ini bisa menyisihkan waktu untuk menuliskan sesuatu. Sesuai janji saya di awal blog bahwa saya akan mulai menulis tentang sejarah, knapa sejarah? Karena sejak kecil saya menyukainya. Sebagai penyuka sejarah sejak kecil, ada hal yang sedikit mengganjal di kepala saya terutama tentang peran sejarah islam dalam konteks sejarah dunia, bagi saya sejarah bukan hanya rentetan peristiwa, tetapi, mengutip pendapat tamim anshari, peristiwa-peristiwa yang berpengaruh dipilih dan disusun membentuk garis lengkungan cerita, karena itulah sejarah bukan hanya dikenal karena peristiwa, bisa jadi karena tokoh atau tempat.
Yang menjadi ganjalan dibenak saya adalah, kemana saja sebenarnya sejarah islam selama ini? Coba anda baca dalam ensiklopedia dunia, berapa halaman yang dikhususkan membahas sejarah keislaman? Atau ada berapa sih tokoh islam yang dikenal dunia? Begitu juga tempat suci fenomenal seperti mekkah, seberapa terkenal sih diantara akademisi dibanding tembok china? Kok islam dibuat sejarahnya sendiri? Saya memandang islam sebagai entitas sendiri sesuai fakta karena islam sejatinya adalah punya peran disegala bidang sehingga ketika berbicara tentang islam kita tidak berbicara tentang arab saja atau turki saja tetapi hampir semua Negara yang mempunyai kepentingan dengan ummat islam.
Bisa jadi ada pertanyaan, emang seberapa besar peran islam dalam sejarah? Jangan-jangan emang kecil? Pendapat saya dari dulu sampai sekarang tidak berubah, Islam sangat berpengaruh dalam sejarah dunia karena itu layak mendapatkan porsi besar dalam sejarah, alasannya sangat panjang lebar jika saya bahas, tetapi beberapa sampaikan seperti, sejarah islam ada sejak turunnya manusia pertama, munculnya Nabi Muhammad yang fenomenal,  peran islam dalam iptek dan pencerahan dimasa kegelapan barat, islam pernah menjadi pusat kekuasaan, iptek dan militer di masanya, dan masih berkembangya islam saat ini dan menjadi pusat perhatian, dan banyak alasan lainnya yang akan saya bahas dalam tema tersendiri.

Asumsi saya diatas memang sedikit bertolak belakang dengan fakta  yang ada, sebagai contoh, renaissance di Italia justru lebih dikenal daripada renaissance islam, coba anda baca Othello karya Shakespeare, anda tidak akan tahu bahwa orang moor adalah muslim dari cerita itu, padahal dimasa itu dunia dan iptek dikuasai oeh 3 besar imperium islam, (bisa dilihat juga dari cerita prince of Persia, tidak ada sedikitpun suasana religius islam dalam cerita kerajaan islam itu, padahal tokohnya banyak diambil dari sejarah seperti Nizam Al Mulk), mungkin ada yang baru tahu juga kalo avicenna itu ibnu sinna ahli kedokteran muslim (banyak yang menamai anaknya avicenna dengan asumsi nama itu dari yunani), atau averoes adalah ibnu rusydi ahli filsafat muslim, atau mungkin banyak yang kaget kalo mario teguh itu seorang muslim. Cerita orientalis yang sering kita dengar malah mengenai kemewahan penguasa islam beserta haremnya dimana dilukiskan gambar-gambar gundiknya sultan secara berlebihan (tanpa busana), padahal islam (dan pemerintahan islam) melarang hal tersebut.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa barat sengaja mengubur sejarah muslim, mengecilkannya, bahkan dijaman dulu membakar kitab-kitabnya dan mengklaim sebagai penemuannya, Mungkin ada benarnya dimasa lalu,  namun tidak dapat dibantah pula bahwa islam pun pernah mengambil ilmunya barat sebelum diadopsi dan dikembangkan menjadi iptek islam (contoh dikembangkannya pendapat2 filsuf Yunani oleh filsuf islam dsb), saya justru lebih melihat bahwa sejak dulu islam dan barat sebagai dua semesta yang terpisah, berdampingan tetapi masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri, masing2 menganggap sebagai pusat sejarah manusia (Bayangkan seperti dua orang teman yang duduk berdampingan namun keduanya sibuk dengan blackberry messanger masing2). Maka dari itu tidak heran jika kritikus sastra Edward Said berpendapat bahwa selama berabad-abad barat telah membangun  sebuah fantasi orientalis tentang dunia islam, dimana perasaan sinis “keserbalainan” berbaur dengan gambaran tentang  kemewahan yang dicemburui, mungkin bedanya saat islam bersinggungan dengan barat dimasa lalu, islam lebih menonjolkan toleransi dan menyerap iptek dengan baik, namun saat islam bersinggungan dengan barat di abad 17 sampai dengan sekarang (mungkin lebih tepat saat barat mendatangi islam), justru barat seolah-olah menggilas sejarah islam karena arusnya yang begitu kuat dan lemahnya ummat islam.
Inilah motivasi saya untuk mengulas kembali sejarah islam, Karena pada dasarnya ada hikmah dibalik sebuah sejarah:
“Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran yang baik-baik bagi orang-orang yang berakal” (Yusuf;11).

Namun karena saya bukan ahli sejarah saya akan membahasnya dengan penuh kesederhanaan, bisa jadi nama-nama saya singkat, tidak semua sumber saya catat, bisa jadi saya terinspirasi oleh sebuah tempat, tokoh peristiwa, bahkan novel, maka sayapun tidak akan menulis kronologis (dari nabi adam sampai dengan sekarang), bisa jadi aclok-aclokan saya membahas masa kini, kemudian abad petengahan tiba tiba loncat zaman khalifah atau mungkin hanya membahas tema dsb. Saya juga tidak akan berlebihan dalam membahas romantisme sejarah, sebagai contoh hilangnya andalusia dari kekuasaan muslim hanya akan saya pandang sebagai rangkaian peristiwa yang dapat dipetik hikmah, tidak lebih, (bisa kita analogikan juga seperti orang kristen yang kehilangan konstantinopel atau orang hindu dan budha yang kehilangan zaman keemasannya di nusantara), yang penting intinya kita bisa sama-sama belajar. Menurut Syaikh Hasan bin Abdullah,”Sejarah tempat belajar para generasi. Disana orang2 yang hidup belajar apa yg bermanfaat bagi mereka dan belajar apa yang berbehaya untuknya agar ia dapat menghindar darinya. Sejarah adalah jembatan yang menyambungkan masa lalu dan masa kini”. Wallahu a'lam

Senin, 19 September 2011

MEMAKNAI PUISI SOSIAL RINA FITRIATI

Oleh: Rina Fitriati 

Geulis anaking, 
Tuh tingali 
Nu ngariung,ngajentul nangkeup tuur 
Ngungun bangun alum 
Mun hujan,kahujanan...tangtu 
Mun panas,kapanasan...tangtu 
Tong boro mikiran jeung naon ayeuna dahar? 
Teu kapikiran baju anyar 
Komo jalan-jalan jiga urang 
Kasep anaking, 
Tuh tingali 
Budak sapantar,pating berebet ngudag angkot nu ngabiur 
Ngarep-ngarep receh ti batur 
Bari ngahariring teu puguh catur 
Tong boro mikiran meuli cocooan 
Teu kapikiran momobilan 
Komo deui maen game on line 
Geulis,kasep anaking.... 
Poma hidep kudu syukuran 
Ka gusti nu murbeng alam 
Hirup ulah adigung adiguna 
Rumasa sagala aya 
Kudu balabah,lain awuntah 
Sing nyaah ka sasama 
Ka jalma leutik pangpangna 
Sangkan urang dipikanyaah ku MantenNa... 

Ini adalah karya terbaru Rina Fitriati yang mengusung tema sosial, sebuah puisi sunda yang menurut saya lebih mudah dicerna, sederhana dalam bahasa namun sarat makna, Rina mencoba mengajak kita untuk lebur dalam konteks kecintaan terhadap sesama, Dalam puisinya tercermin kepekaan terhadap sebuah realitas sosial disekitar kita yaitu anak jalanan.

Sebuah puisi, diluar konteks makna, pada dasarnya tidak lepas dari sebuah realitas, di dalam realitas selalu terkandung puisi dan di dalam puisi senantiasa terkandung realitas. Seperti ungkapan penyair Irlandia dibawah ini:

I believe there is a poetry in everyday life
and that the poet is one
who tries to stay awake to that. 
(Brendan Kenelly

Ga faham artinya? Ini penjelasan bebasnya: kehidupan sehari-hari adalah sebuah puisi dan penyair sekadar seseorang yang berupaya membuatnya tetap terjaga (bagus banget ya bahasanya..) 

Anak jalanan, itulah realitas sekitar kita, realitas yang patut menjadi pelajaran mengenai makna bersyukur akan kehidupan kita yang lebih baik dan juga naluri kepekaan dan kepedulian, secara tidak sadar kita mulai kehilangan kepekaan kita, mungkin banyak yang menganggap anak jalanan bukan suatu hal yang mengherankan tetapi hal yang biasa sekarang, padahal fenomena tersebut adalah suatu penyakit sosial (Coba Tanya aja ke depsos). Sekarang ini kepedulian kepada saudara-saudara kita sudah mulai tergerus, orang terbiasa dan menganggap biasa para gembel, pengemis, gelandangan di jalan raya, kita tidak merasa heran melihat anak dibawah umur menjadi pengamen amatiran seadanya demi uang beberapa ribu rupiah. Padahal agama islam sangat konsern terhadap anak-anak. Ada beberapa term yang di gunakan oleh Islam terhadap konsep anak diantaranya menggunakan istilah ”waladun” (Qs. Lukman ;14), ”bunayya atau baniyun” (Qs. Lukman; 13) atau juga istilah Qurrata `ayun. Ini menandakan islam sangat serius membicarakan tentang konsep anak. 

Sastra seperti puisi sebenarnya merupakan kritik dari suatu peristiwa dan persoalan kehidupan, puisi bukan hanya buaian kata indah yang menciptakan kesenangan dan perasaan indah namun juga harus merekam kondisi social yang terjadi. Bahkan esensi atau fungsi puisi bisa sebagai media untuk membangkitkan kesadaran sosial. Ia memiliki kemampuan untuk memberikan sugesti atau provokasi kepada masyarakat demi memunculkan kesadaran akan keadaan yang tengah terjadi. Seperti juga penyair terkenal WS Rendra yang sajak sosialnya sangat fenomenal dan kritik sosialnya memberikan sugesti bahkan provokasi kepada masyarakat untuk peduli (Ga heran kalau beberapa pentas seninya dilarang pemerintah). Bagi Rendra seorang penyair harus peka terhadap masalah sosial termasuk ketidakadilan, tercermin dari penggalan puisinya dibawah ini: 

..aku bertanya, tapi pertanyaanku membentur jidat para penyair salon yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya.” 
(Sajak Sebatang Lisong : WS Rendra, 1977) 

Memang dengan kondisi sosial yang sedikit memprihatinkan , semestinya lebih banyak lagi penyair-penyair yang menghasilkan sajak sosial dengan tujuan membangkitkan kesadaran sosial masyarakat agar nurani kita tidak mati melihat saudara kita yang terhimpit keadaan, terseret modernisasi. (Wallahu A’lam)

Kamis, 15 September 2011

PUISI ALAM ADENIUM HALLIWELL


ELEGI BUMI

Bising..
Di telingaku ini lirih berdenging,
Ratapan kehidupan yang semakin mengering,
Keluhan bumi yang meretak dalam hening.

Apa dayaku..?
Hatiku pun sakit dan pilu..
Dan meskipun aku bagian dari semesta kecil ini,
Aku tak mampu memanggil hujan atau menyembunyikan mentari.

Perlukah aku memberitahu dunia..
Kelaparan dan kemarahan para primata hutan?
Apakah aku harus menyalahkan manusia..
Saat tidak ada lagi yang tersisa untuk para hewan?

Tidak..
Sebab manusia pun sama menderitanya..
Berkubang di dalam lumpur dan air rawa..
Bertahan di antara rasa gatal dan serangan serangga.

Tapi mengapa aku begitu marah..?
Mengapa getirku membuncah tanpa arah..?
Padahal ini hanyalah evolusi alami,
Sebuah proses menyingkirkan dan mengeleminasi.

Namun evolusi pun menuntut pengorbanan,
Mengubah yang mampu bertahan,
Atau mengancam dengan kepunahan,
Bagi kehidupan yang tidak sanggup menghalau kematian.

Tapi seimbangkah semua ini..?
Dulu dunia begitu kaya meskipun sepi..
Dan ketika para manusia terbangun dari mimpi..
Tiba-tiba bumi menjadi miskin di dalam raungan industri.

Haruskah kita menyingkirkan setiap dedaunan yang menyelimuti musim panas,
Demi istana-istana megah, mobil-mobil mewah, dan kenyamanan berkelas?
Haruskah kita mengorbankan darah hewan-hewan penjaga musim semi,
Atas nama kemanusiaan, kreativitas, dan seni?
Haruskah kepulan asap hitam menghapus jejak mentari pagi,
Demi simbol, tahta, gelar, sosialisasi dan materi?
Haruskah rerumputan dan bunga violet liar mengalah dalam iri,
Demi aspal-aspal kelabu dan rel-rel kereta api?

Pada akhirnya nanti..
Mungkin manusia harus berdiri sendiri..
Menghirup udara dan menegak air berpolusi..
Menghadapi kematian dan eleminasi dini..

Aku tidak ingin memaki ataupun mengumbar ironi,
Namun aku pun tak bisa berpura-pura tuli.
Sebab satu per satu suara kehidupan mulai menghilang dalam ajal,
Lenyap di balik kepulan asap hitam dan pisau para penjagal.

[16 September 2011]

Ini satu karya lagi dari Adenium Halliwell (Dinda) yang sedikit berbeda, temanya masih tetap mengenai kekecewaan namun dengan setting alam, Dinda mencoba untuk memilah satu persatu persoalan alam melalui celah-celah kata dalam puisi. Seolah jiwanya memberontak ingin menghentikan masalah alam ini. Inspiratif Puisi Alam tidak tertutup kemungkinan sebagai bagian dari persoalan atau problema yang sedang kita hadapi atau mungkin juga bagian dari inspirasi solusi yang kita butuhkan. Seperti juga Penyair terkenal Kahlil Gibran mengungkapkan kekesalannya pada kondisi alam akibat ulah manusia melalui bait bait puisinya sebagai berikut:

Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya,
“Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?’
Dan sungai itu menjawab,
‘Sebab aku dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka memperalatkanku bagai pembersih sampah,
meracuni kemurnianku dan mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk.”
Dan aku mendengar burung-burung menangis,
dan aku bertanya,
“Mengapa engkau menangis, burung-burungku yang cantik?”
Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku,
dan hinggap di hujung sebuah cabang pohon dan berkata,
“Anak-anak Adam akan segera datang di ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami seolah-olah kami adalah musuhnya.
Kami sekarang terpisah di antara satu sama yang lain,
sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat dari kejahatan Manusia.
Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi.
“Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari puncak-puncak pepohonan dengan rona mahkota.
Kupandangi keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri,
‘Mengapa Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh alam?
-kahlil gibran-

Allah menciptakan alam, bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup makhluknya dengan penuh rahmat, semua isinya dapat diolah dan dimanfaatkan manusia sebaik-baiknya untuk kemaslahatan, namun ada saja sebagian kaum yang tidak memperdulikan ini dan terus melakukan kerusakan baik disadari atau tidak, tidak jarang mereka menganggap diri telah melakukan perbaikan di bumi padahal justru membuat kerusakan dimuka bumi, Allah melarang ummatnya berbuat kerusakan karena peran manusia sebahai khalifah di bumi.
 Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS Al A’raf : 56-58)

Wallahu a’lam