Oleh: Irman Musafir Sufi
Banyak pertanyaan mengenai siapa kaum Sufi itu, saya sendiri mengenal Tasawwuf semenjak dari masa pesantren, tetapi hanya sekedar wacana belaka tanpa ketertarikan sedikitpun untuk mengetahui lebih jauh, ketika masa kuliah dulu banyak mahasiswa yang mengutip pendapat-pendapat para sufi, apalagi saat itu di daerah Jawa Timur banyak yang mengidolakan Almarhum Gus Dur, dan banyak yang beranggapan bahwa Gus Dur itu seorang Wali dengan komentar-komentarnya yang cenderung Sufisme (kurang difahami orang awam karena terlalu pintar). Saat saya bermukim di Jakarta muncul kembali wacana sufi yang saya baca dari buku-buku sufi modern serta majalah sufi, dalam satu waktu saya mengikuti acara Festival Sufi yang diadakan oeh institute Sufi dan Republik Cinta, saya baru tahu disitu kalau Ahmad Dhani adalah anggota tarekat Sufi, hal yang membuat saya tertarik adalah pakaian mereka yang seperti pakaian muslim diabad petengahan (kebetulan saat dirumah saya suka mengenakan pakaian tersebut) serta acara Whirling Dervish yang menakjubkan, namun selain itu tidak ada ketertarikan apapun, yang saya lihat hanya Syekh Hisyam Kabbani yang melulu bicara tentang Cinta dan video mengenai kondisi melayang saat berdzikir.
Beberapa buku kemudian saya pelajari khusus mengenai sejarah kaum Sufi, banyak ahli tarekat yang menganggap bahwa Tasawuf berasal dari Rasulullah sendiri dengan sifat-sifat kesederhanaannya, namun yang saya soroti adalah kemunculan pengaruh suci dalam sejarah, abad-abad awal Islam, kaum sufi tidak terorganisasi dalam lingkungan-lingkungan khusus atau tarekat. Namun, dalam perjalanan waktu, ajaran dan teladan pribadi kaum sufi yang menjalani kehidupan menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan agama mulai banyak menarik kelompok manusia. Sufi sendiri muncul karena ketidakpuasan atas birokratisasi agama, ketika seluruh syari’at sudah dilakukan ternyata masih ada ketidakpuasan karena mereka belum merasakan kehadiran Allah. Mereka penasaran apakah semua wahyu pada akhirnya akan menjadi seperti ini-seperangkat aturan? Mereka ining mengalami Allah sebagai kehadiran yang terasakan. Sebagian dari orang-orang ini mulai berekesperimen dengan latihan-latihan spiritual yang jauh melampaui tuntutan kewajiban. Mereka membaca Al Quran tanpa henti atau melafalkan nama-nama Allah selama berjam-jam.
Di Baghdad misalnya muncul seseorang bernama Al Junayd yang biasa melakukan shalat empat ratus rakaat setelah bekerja setiap hari. Mungkin sebagai sebagai reaksi atas gaya hidup mewah kaum elit muslim, sebagian dari para pencai ini dengan sengaja menjalani hidup dalam kemiskinan, makan hanya roti dan air, tidak menggunakan perabotan, pakaian dari kain wol kasar (suf dalam bahasa arab) sehingga banyak yang beranggapan kata sufi dari kata ini, meskipun Benjamin keldany seorang pastor mualaf di eropa timur menganggap bahwa kata sufi berasal dari kata Sophia. Para sufi ini tidak membuat syariat baru tetapi mencari cara memurnikan hati sehingga bisa tenggelam bersama Allah dan mengesampingkan yang lain. Mereka mulai mengembangkan teknik untuk menghilangkan gangguan bukan hanya saat shalat tetapi juga pada kehidupan sehari-hari, sebagian menganggap bahwa perjuangan batin dalam membuang ego adalah jihad yang sebenarnya. Mulailah muncul kabar burung bahwa dari beberapa mereka telah berhasil menembus batas materi untuk mengalami Allah secara langsung.
Di Basrah tinggal penyair Rabiah Al Basri seorang budak yang setiap malam selalu larut dalam doa, majikannya sangat takjub dan melihat hal ajaib disekitarnya, akhirnya dia dibebaskan dan majikannya menjadi muridnya yang pertama. Rabiah masuk kedalam kehidupan Zuhud, perenungan mistik yang sering meletup menjadi menjadi sebuah puisi cinta yang sangat emosional sehingga terdengar hampir bersifat jasadi, semasa hdupnya sangat tenar dan banyak orang berdatangan ke Basrah hanya untuk bertemu dengan Rabiah. Banyak yang yakin bahwa dia telah menemukan kunci untuk menyatu dengan Allah. Bagi Rubiah, kuncinya bukanlah ketakutan melainkan cinta. Cinta yang benar-benar tanpa pamrih, tanpa halangan, dan tanpa batas. Rabiah tidak mengajar, meskipun banyak yang mengaku murid, Rabiah hanya memancarkan, orang-orang sekitarnya berubah. Ini menjadi pola dalam tasawuf: teknik transmisi langsung dari snag guru yang mengantarkan murid menuju pencerahan.
Secara umum sufi ini sendiri bisa dikategorikan dengan “sufi sadar” yang mengkhususkan diri untuk beribadah dan berdzikir, ibadah mereka terfokus pada rasa takut akan Allah, sementara Rabiah menempatkan cinta di pusat dan menelurkan tradisi “Sufi Mabuk Allah”. Para ahli fikih dan ulama rata-rata kurang menyukai para sufi mabuk ini karena bahasanya yang berbau sesat dan agak berbau kultus. Di Persia muncul seorang Sufi yang bernama Al Hallaj, ia meninggalkan rumah untuk mencari guru untuk menginisiasi dirinya kedalam rahasia sufi. Ia pernah menghabiskan satu tahun berdiri didepan kabah tanpa bergerak, kemudian ia melanjutkan perjalanan ke India dan Asia Tengah, kemanapun ia pergi ia melantunkan puisi dan menyampaikan khutbah-khutbah yang aneh, namun menarik banyak pengikut. Para sufi sadar mulai menjauh karena dia mulai mengucapkan hal-hal sepert “Sorbanku tak melilit siapa-siapa, selain Allah, Didalam jubahku takkan engkau temukan siapapun selain Allah”, kemudian ia mengatakan “Aku adalah Allah” sebenarnya yang ia katakan adalah Ana Al Haq (Aku adalah kebenaran) sayangnya kebenaran yang ia ucapkan adalah salah satu nama Allah dalam Asmaul Husna, akhirnya Al hallaj dijebloskan ke penjara, dia tidak menarik ucapannya sama sekali, akhirnya Al Hallaj dieksekusi, namun ajarannya masih terus berkembang pada sebagian golongan sampai dengan sekarang.
Kemudian muncul pula seorang ulama cendekiawan dan filsuf yang bernama Al Ghazali yang berhasil mengkanvaskan para filsuf yang bermain dengan logika serta berhasil menyatukan tasawuf dengan fiqih ulama, pengaruhnya sampai saat ini terus berkembang meskipun para pengkritiknya menyatakan bahwa dia sebagai penyebab kemunduran ummat islam (secara detail saya telah membahas mengenai Al Ghazali ini dengan judul ‘benarkah Al Ghazali penyebab kemunduran umat’ dalam irman-musafir-sufi.blogspot.com). Setelah itu bermunculanlah kelompok-kelompok dengan metode berbeda-beda yang tujuannya sama, menuju Allah SWT. Setiap kali seorang Sufi tampak melakukan terobosan, kabar menyebar dan para pencari lainnya berduyun-duyun mendatangi jiwa yang tercerahkan itu untuk mencari bimbingan, berharap kontak langsung dengan kharismanya akan menyalakan pencariannya sendiri. Dengan cara ini persaudaraan sufi terbentuk disekitar individu sufi terkemuka, beberapa orang lain membentuk komunitas sendiri, menguraikan guru mereka dan memiliki murid sendiri. Berkembanglah persaudaraan sufi menjadi tarekat-tarekat.
Di antara abad kesembilan dan kesebelas, mulai muncul berbagai tarekat sufi, yang meliputi para ahli dari segala lapisan masyarakat. Ketika tarekat sufi, atau persaudaraan sufi ini muncul, pusat kegiatan sufi bukan lagi di rumah-rumah pribadi, sekolah atau tempat kerja sang pemimpin spiritual. Selain itu, struktur yang lebih bersifat kelembagaan pun diberikan pada pertemuan-pertemuan mereka, dan tarekat-tarekat sufi mulai menggunakan pusat-pusat yang sudah ada khusus untuk pertemuan-pertemuan ini. Pusat pertemuan kaum sufi biasanya disebut Khaneqah atau Zawiyya. Orang Turki menamakan tempat perlindungan orang sufi sebagai Tekke. Di Afrika Utara tempat semacam itu disebut Ribat, nama yang juga digunakan untuk menggambarkan kubu atau benteng tentara sufi yang membela jalan Islam dan berjuang melawan orang-orang yang hendak menghancurkannya. Di anak-benua India, pusat sufi disebut Jama’at Khana atau Khaneqah.
Ada juga persaudaraan sufi yang berevolusi menjadi kelompok kesatria mistik yang mendukung etos yang disebut futuwwah, mereka menunjukkan ideal futuwwah ,melalui anekdot, misto-puitik tentang para pahlawan muslim dari umat perdana. Ketika tasawuf berkembang diwilayah turki, mistikus keliling mulai berkeliaran, banyak yang merupakan darwish, orang-orang yang sengaja hidup dalam kemiskinan sebagai latihan spiritual. Mereka tidak bekerja tetapi hidup dari sedekah agar mereka dapat membebaskan seluruh waktu mereka untuk menafakuri Allah. Banyak pula diantaranya yang eksentrik, Kalendar, salah seorang gelandangan mistik yang paling awal, mengembara dari kota ke kota bersama sermbongan pengikut, semua memukul drum, bersorak, bernyanyi, berteriak, mengomel, dengan liar menyeru orang-orang untuk dating kepada Allah danmendorong mereka untuk melawan orang-orang kafir. Dia dan para pengikutnya berambut acak-acakan, berpakaian compang camping dan mengganggu ketenangan, tetapi mereka membangkitkan gairah menyala dan ide-ide aneh, kemanapun calendar pergi, persatuan kalendari tumbuh menyertainya.
Orang-orang yang lebih terhormat mengikuti mistikus lain yang bernama Bektash, seorang pertapa yang keras, meski memiliki ketenangan seorang ulama tetapi ia mempunyai sikap yang keras. Lalu ada para Darwish Maulawi, kesayangan para intelektual dan cerdik pandai. Mereka berkumpul disekitar seorang penyair bernama Jalaludin Rumi, Rumi mengajar disekolah ayahnya dan banyak menulis risalah agama, suatu saat muncul seorang yang tampak gila yang bernama Syams-I Tabriz, akhirnya Rumi meninggalkan kelasnya dan pergi tanpa kembali bersama Syams. Mulailan bermunculan karya-karyanya yang fenomenal, setelah Syams menghilang secara misterius, Rumi menulis puisi seribu halaman berjudul Matsnawi Ma’nawi (Manuskrip Spiritual), puisi-puisinya tentang cinta yang menyebabkan orang barat menyebut sufi sebagai agama cinta.
Jadi ternyata tasawuf itu tidak digolongan tertentu saja, seperti di Turki tarekat sufi ini terjalin erat dengan kaum petani, aristocrat, serikat pekerja, militer, pedagang seperti jarring laba-laba. Saat ini beberapa tarekat sufi yang cukup besar telah menyebar, beberapa diantaranya adalah:
- Tarekat Qadiriyah yang merunut pada Syekh Abdul Qadir al jailani yang menyebar disekitar Suriah, Turki, kamerun, Kongo, Mauritania, Tanzania, checnya dan asia tengah.
- Tarekat Rifaiyah yang mengacu pada Syekh Ar Rifai di Basra yang menyebar disekitar Mesir, Suriah, Turki, Eropa Timur, Kaukasus dan Amerika Utara.
- Tarekat Syadziliyah yang mengacu pada Syekh Abul Hasan Asy Syadzili dari Maroko, pengikutnya terdapat di Afrika Utara, Msir, Kenya dan Tanzania, Timur Tengah, Sri Langka serta Amerika Barat dan Utara.
- Tarekat Maulawiyah yang berpusat di sekitar Maulana Jalaludin Rumi dari Turki, pengikutnya kebanyakan di Turki dan Amerika Utara, pengikut tarekat ini juga dikenal sebagai para darwis yang berputar-putar.
- Tarekat Naqsyabandiyah mengambil nama dari Syekh Baha’uddin Naqsyaband dari Bukhara, Tarekat ini tersebar luas di wilayah Asia Tengah, Volga dan Kaukasus, Cina bagian baratlaut dan baratdaya, Indonesia, di anak-benua India, Turki, Eropa dan Amerika Utara
- Tarekat Bektasyiyah didirikan oleh Haji Bektasy dari Khurasan, Tarekat ini terbatas di Anatolia, Turki, dan yang paling berpengaruh hingga awal abad ke-20. Tarekat ini dipandang sebagai pengikut Mazhab Syi’ah.
- Tarekat Ni’matullah didirikan oleh Syekh Nuruddin Muhammad Ni’matullah di Mahan dekat Kirman baratdaya Iran. Para pengikutnya terutama terdapat di Iran dan India
- Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syekh Abbas Ahmad ibn at-Tijani, orang Berber Aljazair. Tarekat ini telah menyebar dari Aljazair ke selatan Sahara dan masuk ke Sudan bagian barat dan tengah, Mesir, Senegal, Afrika Barat dan bagian utara Nigeria, dan telah diperkenalkan di Amerika Barat dan Utara
- Tarekat Jarrahi didirikan oleh Syekh Nuruddin Muhammad al-Jarrah dari Istambul. Tarekat ini terutama terbatas di Turki, dengan beberapa cabang di Amerika Barat dan Utara.
- Tarekat Chistiyah yang paling berpengaruh di anak-benua India-Pakistan adalah tarekat Chisti, yang dinamai dengan nama pendirinya Khwaja Abu Ishaq Syami Chisti Penyebarannya terutama di Asia Tenggara.
Yang perlu diingat adalah Sufi ini pada mulanya harus islam dan menjalankan semua syariatnya, ketika semua sudah dilaksanakan baru kemudian bisa menjalankan hal-hal yang sifatnya sunnah atau sebagai pelatihan batin, karena saat ini banyak orang yang mengaku sufi, berbicara banyak, membuat puisi, berfilsafat tetapi tidak menjalankan syariat islam dengan baik, atau mengaku sufi, menggunakan pakaian sufi tetapi yang dilakukan hanyalah menari dan melayang tanpa mengingat bahwa hal tersebut hanyalah metode yang dapat dikritisi baik-buruknya, sementara perintah Allah dalam syariat yang sudah jelas baik belum dilaksanakan. Sebagai ummat pertengahan maka kita harus menyeimbangkan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial, karena itu selain upaya pendekatan diri kepada Allah SWT juga berjuang untuk kemaslahatan Ummat adalah penting dan diwajibkan oleh Allah SWT. Secara pribadi ketertarikan saya terhadap sufi karena pelatihan jiwanya diantaranya melatih keikhlasan, melatih kezuhudan, qona’ah, menghilangkan keluh kesah, tanpa melupakan syariat sebagai dasar yang harus kita kerjakan. Pakaianpun hanya upaya untuk merasakan kondisi zaman rasulullah sekalian upaya menghindari dosa, dan bukan berniat eksklusif dan nyeleneh. Ada yang bilang bahwa supaya terkenal kita harus berbeda, bisa jadi dengan pakaian berbeda anggapan orang adalah supaya terkenal, tetapi kembali kepada hadis Rasulullah bahwa masyarakat memandang asing saat islam muncul, begitupula saat islam tenggelam dalam keadaan asing, Menurut asumsi pribadi saya, inilah bukti hadis rasulullah SAW bahwa dengan mencoba menjalankan sesuatu kembali kepada Zaman panutan kita Rasulullah ternyata begitu asing di masyarakat kita saat ini. Wallahu alam.
Terima kasih atas tulisannya, sungguh banyak pengetahuan baru lagi yang saya dapat,
BalasHapus