Oleh: Irman Musafir Sufi
Bulan lalu saya sempat motret beberapa koleksi jam junghann bokap di sukabumi (beberapa karena banyak), bokap mulai mengoleksi jam sekitar 10 tahun yang lalu, awalnya beliau mendapatkan jam antik junghans ini dari temannya seorang haji, karena tertarik kemudian dalam setiap kesempatan tholabul ilmi selalu sekalian hunting terutama haji-haji di desa sekitar sukabumi cianjur, sebenarnya bukan cuma jam antik beliau juga mengkoleksi lampu jadul tapi karena koleksinya sedikit maka tidak saya bahas. koleksi bokap ini menjadikan cucu-cucunya (termasuk anak saya) menyukai jam, memutar dan membunyikannya sampe rusak he he
Jam antik Junghansnya yang sekarang ada dirumah beliau sekitar 12 buah mulai dari 2 kawat sampai 6 kawat, mulai dari jam dinding biasa, jam meja kayak radio, jam kikuk (yang keluar burung saat bunyi) bahkan ada jam duduk setinggi 2 meter, (tapi jam duduk ini mesinnya sedang diperbaiki) , tahunnya rata-rata 1800an sampa dengan awal 1900an, kalau ada kumpul2 keluarga di rumah bokap, pada jam tertentu apalagi jam 12 malam dentang jamnya bersahut-sahutan (anak saya bilangnya jam neng nong), dan istri saya akhirnya selalu minta semua jam dimatikan saat kami berkunjung karena anak saya ga bisa tidur. Jam yang dirumah bokap ternyata cuma sisa, yang lainnya ada 3 buah disimpan di rumah saya (bukan disimpan sih saya yang minta), yang paling suka ada jam dinding mungil dengan angka romawi tetapi suaranya lumayan kencang, lucu banget. Yang lainnya ada yang dibawa kakak dan adik saya, selain itu sekitar hampir 20 buah sudah diberikan ke masjid-masjid di sekitar cianjur selatan, kata ayah saya buat bekal dia khirat (bokap dan nyokap saya lahir di cianjur selatan, daerah pagelaran dan sekitarnya), saya kurang tahu nasibnya jam-jam tersebut karena ada beberapa berita katanya mati trus pada dicoba diputer tapi tetap ga bisa jalan.
Untuk mengurus jam tersebut memang ga mudah, karena posisi jam serta cara muter juga pengaruh, ayah saya punya teknisi jam sendiri yang pertama namanya mang daud almarhum dan yang sekarang mang enay, mange nay ini buka praktek di pasar sukabumi, jika ada masalah dengan jamnya mereka selalu siap dipanggil. Mang enay memprediksi bahwa sayalah yang akan meneruskan koleksinya, tapi ga tau juga saat ini yang saya koleksi cuma jam tangan dan buku saja, dan tidak terlalu serius, sebelumnya saya sempat koleksi uang kuno dengan serius, uangnya cukup lengkap dari koin sampai kertas, dari jaman majapahit sampai dengan tahun 60-an, bahkan saya sempat punya uang majapahit bolong segede gaban (lebih besar dari CD), sayang saat kuliah barang2 tersebut hilang entah kemana. Jadinya sekarang males koleksi-koleksi lagi.
Jam dinding Junhans buatan Jerman ini memiliki 5 senar baja dengan sistem putar dan berdentang setiap 1/4 jam, keistimewaan dari jam dinding ini selain seluruh materialnya yang masih orisinil juga karena jam ini adalah jam mekanis, alias jam yang sama sekali tidak menggunakan listrik ataupun komponen elektronika seperti baterai. Saya pribadi sangat mengagumi mekanisme kerja jam mekanik yang bisa dibilang tidak sederhana, memerlukan perhitungan dan ketepatan yang prima guna membuat gir-gir kecil didalamnya bisa berputar dan bersinergi secara harmonis dengan puluhan komponen lainnya sehingga menghasilkan presisi yang tinggi.
Jam junghans ini memang sangat diminati oleh penggemar jam. Pabrik Junghans didirikan pada 1861 oleh Erhard Junghans bersama Jacob Zeller, pada mulanya hanya memproduksi komponen-komponen dari jam lain yang sudah ada di pasaran, selanjutnya pada 1866 baru mulai memproduksi jam secara lengkap. Diteruskan oleh anaknya pada 1875, Arthur Junghans menciptakan berbagai macam inovasi baru yang semakin memperkokoh posisi jam Junghans di pasaran saat itu, hingga mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1903 dengan 3000 pekerjanya berhasil memproduksi 3 juta jam setiap tahunnya. Bahkan saat ini pabrik pertama mereka dijadikan museum dan peninggalan artifak di Jerman. Wallahu a’lam