Oleh: Irman Musafir Sufi
Kali ini saya akan membahas tinju sebagai salah satu cabang olahraga yang paling saya sukai, sebenarnya saya lebih menyukai petinju-petinju luar seperti Manny Pacquiao, Oscar De La Hoya dll, tetapi saya akan membahas petinju kita saja Chris John karena berasal dari tanah air, kebetulan sejak Elyas Pical kalah dari Khaosay Galaxi otomatis kita tidak mempunyai juara tinju yang bisa diandalkan, saat ini dengan segala kekurangannya Chris Johnlah yang masih exist di dunia pertinjuan Tanah Air. Karena Chris akan bertanding dengan Petinju Ukraina Stanyslav Merdov besok Rabu pukul 4 sore, saya akan paparkan dulu kisah Chris John sang Peinju.
Johannes Christian John, atau lebih dikenal sebagai Chris John (lahir di Banjarnegara, 14 September 1979) adalah seorang petinju Indonesia. Ia tercatat sebagai petinju Indonesia ketiga yang berhasil meraih gelar juara dunia, setelah Ellyas Pical dan Nico Thomas.
Chris John kemudian terjun ke dunia tinju profesional pada tahun 1998 dalam debut melawan Firman Kanda. Saat itu Chris John menang angka dalam pertandingan 6 ronde. Namanya kemudian melesat bagai meteor saat dia berhasil mengkanvaskan petinju idola saat itu, Muhammad Alfaridzi, dalam pertandingan menegangkan selama 12 ronde. Chris John sempat terkena knockdown dua kali di ronde pertama, tapi dia berhasil membalikkan situasi dengan memukul KO Alfaridzi pada ronde ke-12, sekaligus merebut gelar juara nasional kelas bulu. Menurut pengakuan Chris John, kondisinya sangat buruk saat itu, dan dia mengalami pendarahan pada hidung karena tulang hidungnya patah.
Setelah beberapa kali bertanding dalam perebutan gelar nasional, Chris John berhasil menundukkan rekan senegaranya Soleh Sundava pada tahun 2001 untuk merebut gelar PABA kelas bulu.
Selain petinju, Chris John juga merupakan anggota tim wushu nasional (wushu: seni bela diri Cina, mirip dengan kungfu), sering mewakili Indonesia di beberapa multi-event game, seperti South East Asian Games atau Asian Games. Prestasi terbaiknya sebagai atlet wushu adalah:
*Peraih medali emas, pada South East Asian Games di Jakarta, Indonesia, 1997
*Medali perunggu, pada South East Asian Games di Kuala Lumpur, Malaysia, 2001
*Peraih medali emas, Indonesia peristiwa multi games (Olimpiade Nasional), Jakarta, 1996
*Peraih medali emas, kejuaraan wushu Indonesia
John mulai belajar tinju ketika dia berusia enam tahun-tahun-tua, dan dilatih oleh ayahnya Johan Tjahjadi (alias Thjia Foek Sem), seorang mantan petinju amatir. Yohanes Indonesia ketiga untuk memenangkan gelar juara dunia tinju, setelah Ellyas Pical (tiga kali IBF junior Bantamweight juara, 1985-1989), dan Nico Thomas (IBF strawweight juara, 1989). Sebelum berbalik profesional pada tahun 1997, John adalah seorang petinju amatir dengan beberapa serangan lokal sejak tahun 1995 ketika usianya baru 15 tahun untuk kejuaraan lokal di kampung halamannya di Banjarnegara. Ia kemudian pindah ke Semarang, di mana ia ditangani oleh pelatih dan manajer Sutan Rambing - seorang pelatih terkenal di Indonesia dan mantan pejuang amatir dan profesional dari tahun 1970-an.
Sebelumnya dikenal sebagai "Bahasa Indonesia Thin Man," sebagai penghargaan kepada para Nikaragua ringan legenda, "Explosive Thin Man" - Alexis Arguello, pada bulan Februari '06 Yohanes menyatakan nama nick baru, "Naga" menggantikan nama nick lamanya yang "Bahasa Indonesia Thin Man", ketika ia berkata ia tidak lagi tipis, selain naga adalah binatang yang membawa keberuntungan dalam kepercayaan orang cina (Yohanes adalah keturunan Cina Bahasa Indonesia). John berpisah dengan Sutan Rambing pada awal 2005, kemudian bergabung dengan Harry's Gym di Perth, Australia, di mana saat ini ia sedang dilatih dan dikelola oleh Craig Christian.
Sekarang ini Pemegang gelar Super Champion kelas bulu WBA Chris John ditantang petinju Ukraina yang dari segi fisik lebih tinggi dan lebih besar, tapi dia optimis dapat mengalahkannya.
Yang saya kagumi dari Chris John adalah ketekunannya dalam berlatih serta semangatnya yang professional, dia sangat serius menggeluti bidang tinju ini dan tidak main-main baik dalam latihan maupun dalam memilih pelatih, meskipun dia tidak punya Killing Punch, pukulannya kelihatan seperti tamparan tetapi dia cukup cerdik terbukti saat berhasil mengalahkan Juan Manuel Marquez meskipun kontroversial. Dibalik segala kelebihan dan kekurangannya kita tetap bangga bahwa bangsa ini masih mempunyai petinju yang diakui dunia. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar