Kamis, 08 September 2011

MENGANALISA MAKIAN WIM TERHADAP PEMAIN TIMNAS


Oleh: Irman Musafir Sufi
Dari berita yang saya baca Pelatih Wim memaki dan menyalahkan pemain atas kekalahan Timnas melawn Bahrain di GBK, kemudian ada petinggi PSSI juga yang menyatakan bahwa Pelatih memarahi pemain itu biasa seperti juga Mourinho memarahi pemainnya. Apa benar seperti itu? Memaki adalah pekerjaan hina. Agama pun melarang kita untuk merendahkan/menertawakan orang lain (Dalam Islam tertulis di QS : al-Hujarat/11). Sayangnya Wim belum baca Alquran jadi dia belum tahu mengenai ayat ini,, tapi sebagai meneer van londo seharusnya memahami prinsip prinsip dalam mengatur Tim karena teori barat sangat banyak membahasnya, Mari kita coba analisa (temen saya bilang inti pekerjaan ini adalah menganal hi hi hi) sikap memaki dan menyalahkan dari kacamata psikologi dan manajemen sebagai cabang ilmu barat: 

Mohamad Yusuf seorang pakar mentoring menyatakan bahwa memaki dan menyalahkan orang adalah jalan pintas untuk lepas dari tanggung jawab dan konsekuensi perbuatan sendiri. Itu sebabnya jauh lebih mudah menyalahkan orang; kita dapat hidup tanpa beban. Biasanya Sikap Menyalahkan orang mudah muncul dalam diri orang yang hidup dalam bayang-bayang ketakutan bahwa kesalahannya akan berakibat buruk; akhirnya ia mengembangkan kebiasaan untuk menyalahkan orang agar tidak harus menanggung hukuman berat yang menantinya. 

Menyalahkan orang juga sering timbul pada diri orang yang tidak memiliki penghargaan diri yang baik. Ia merasa tidak aman dengan pemikiran dan keputusannya sendiri; daripada salah, lebih baik ia bergantung pada orang lain sehingga jika ada kekeliruan, ia dapat terbebas dari tanggung jawab. Ia tinggal menyalahkan orang yang telah mengambilkan keputusan untuknya. 

Menyalahkan orang juga biasanya merupakan bagian dari orang yang penuh kemarahan. Kemarahan kepada orang berarti memusatkan fokus perhatian pada orang lain; itu sebabnya orang yang penuh kemarahan tidak dapat melihat dirinya. Ia hanya melihat orang lain dan tidak melihat kekurangannya sendiri. 

Sebuah penelitian di University of Arkansas mengungkap bahwa salah satu penyebab sering menyalahkan orang lain adalah kelelahan otak, David Mastin, seorang profesor psikologi yang memimpin penelitian tersebut mengatakan penyebab utama orang mengalami kelelahan otak adalah kurang tidur. Kelelahan otak saat mengantuk membuat orang mudah tersinggung, suasana hati gampang berubah dan suka protes. 

Kondisi menyalahkan orang lain ini akan berdampak terhadap lingkungan atau pribadinya sendiri: 

•1. Lingkungan sulit menerimanya karena tidak ada usaha darinya untuk menyesuaikan diri. Daripada terjadi konflik, pada umumnya lingkungan akan menghindar berelasi dengannya sehingga ia terpaksa hidup dalam kesendirian. 

•2. Lingkungan pun sulit untuk mempercayainya sebab lingkungan menilai ia tidak tulus. Semua yang dikerjakannya cenderung dinilai mempunyai maksud tersembunyi di belakangnya. 

•3. Orang-orang yang kurang memiliki hikmat dalam bertindak dan bersikap, tidak dewasa dalam mental, emosi maupun sosial. Ada orang-orang dewasa yang sikapnya seperti anak kecil, misalnya merasa paling benar, keinginannya harus terpenuhi, harus pertama kali, harus terbaik, harus diakui, harus dilayani, dan lain-lain, sehingga kalau tidak terpenuhi maka ia merasa, kalah, lemah, tidak mampu dan rendah. 

Kebiasaan menyalahkan orang ini adalah kebiasaan buruk, ada pepatah mengatakan, Barang siapa banyak mencela, itu pertanda banyak kekurangan. Perhatikan lima jemari kita saat menunjuk orang, Satu kearah orang, tetapi tiga terlipat diam-diam menunjuk arah dirimu sendiri. Begitulah dalam hidup ini. Mudah menuding orang yang salahnya satu, tetapi si penuding punya lebih banyak kesalahan. Tiga salah milik penuding, hanya satu salah yang miliki yang dituding. 

Memaki dan menyalahkan juga tidak cocok dengan prinsip komunikasi barat karena Prinsip dasar yang harus kita perhatikan dalam berkomunikasi adalah REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang berarti merengkuh atau meraih. 

Respect: merupakan sikap hormat dan sikap menghargai terhadap lawan bicara kita. Kita harus memiliki sikap (attitude) menghormati dan menghargai lawan bicara kita karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan orang tersebut. Samuel Johnson mengatakan bahwa "There will be no RESPECT without TRUST, and there is no trust without INTEGRITY." 

Empati: yaitu kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya Prinsip dasar dari hukum kedua ini adalah "Perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan. "Seek first to understand then be understood to build the skills of emphatetic listening that inspires openness and trust." (Stephen Covey

Audible: Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. 

Clarity: Pesan yang ingin disampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. 

Humble: Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati juga bisa berarti tidak sombong dan menganggap diri penting ketika kita berbicara. Justru dengan kerendahan hatilah kita dapat menangkap perhatian dan respons yang positif dari si penerima pesan. 

CARA MENEGUR YANG BAI
FX Oerip Poerpopoespito seorang konsultan SDM senior menyatakan bahwa sebelum melakukan itu perlu berfikir sejenak bahwa tidak seorangpun manusia mau dimarahi atau ditegur didepan umum. Mengapa? karena hal itu akan mempermalukan dirinya atau harga dirinya akan terasa direndahkan, inilah yang mengakibatkan konflik terjadi. Oleh karena itu yang paling baik adalah kalau anak buah melakukan kesalahan, tegurlah secara empat mata dengan kaidah sebagai berikut. 

1. Jangan dilandasi marah atau rasa benci, tetapi dalam rangka perbaikan agar kualitas anak buah meningkat dan kesalahan tidak diulangi lagi. 
2. Dengan bahasa yang tetap sopan 
3. Tunjukkan dengan data, apa yang salah. 
4. Tunjukkan letak kesalahannya 
5. Tunjukkan bagaimana cara yang seharusnya dilakukan. 

Ada yang mengatakan bahwa menegur didepan umum itu efektif karena akan membuat dia teringat terus dan tidak akan mengulanginya, mungkin pendapat ini benar tetapi harga yang harus dibayar terlalu mahal, karena: 
• Mempermalukan anak buah didepan umum 
• Menimbulkan sakit hati pada anak buah yang berpotensi masalah dikemudian hari 
• Teman sejawat anak buah yang tahu masalah tersebut akan takut diperlakukan yang sama jika melakukan kesalahan sehingga menjadi takut salah dan serba salah dalam bekerja. 
• Citra pemimpin yang memarahi anak buah didepan umum juga menjadi buruk, bisa dicap pemarah dan tak tahu etika. 

Legenda Sepakbola bernama pele pernah bilang “Every kid around the world who plays soccer wants to be Pele. I have a great responsibility to show them not just how to be like a soccer player, but how to be like a man”. Jadi bukan cuma jadi pemain bola handal tetapi bagaimana menjadi orang, secara implisit dikatakan bukan diperlakukan sebagai mesin yang melulu kepada target tetapi juga "human taste" nya, Maka dari itu seharusnya tanggung jawablah yang harus ditunjukkan Wim bukan makian dan menyalahkan, seperti adagium barat menyatakan “Jika anda akan menugaskan seseorang anda harus yakin bahwa orang yang ditugaskan dapat melakukannya dengan baik”, jadi ya dalam latihan harus dipastikan bahwa pemain timnas dapat melakukan strateginya bukan asal jeplak bikin strategi tapi tidak tahu kekuatan dan kelemahan pemain. Jadi kayaknya pendapat bahwa memarahi itu biasa harus dikategorikan dulu, bagi saya kalimat "F*ck You all" tidak ada tuntunannya dimanapun baik dari teori kepemimpinan barat maupun islam. Kalau udah gitu kita jadi kangen sama kepemimpinannya Riddle yang penuh perhatian terhadap Team dan penuh disiplin.

Wallahua’lam

2 komentar:

  1. lain koki, lain masakan, beda coach beda juga sistem yang diterapkan namun dimanapun bumi dipijag disitu langit pun harus dijunjung, om wim mungkin blm terbiasa dengan adat istiadat yang ada di timnas, dia masih terbiasa dengan kondisi timlo:-)

    BalasHapus
  2. Emosi supporternya juga beda saat pertandingan kemarin. Saat masih dilatih Riddle, nggak ada satupun supporter yang meninggalkan stadion sebelum pertandingan selesai. Riddle bisa membangkitkan rasa kesatuan & kebanggaan para supporter terhadap Timnas Indonesia. Kelebihan ini juga yang nggak dimiliki Wim. :s

    BalasHapus