Senin, 12 September 2011

PUISI: KUKEMBALIKAN HATI INI PADAMU

KUKEMBALIKAN HATI INI KEPADAMU
Oleh: Adenium Halliwell

Sekali lagi..
Air mataku menjelma menjadi embun pagi..
Lirih napas kehidupan terdengar seperti elegi..
Awan-awan kelabu menghalangi bias sang mentari..

Ada yang salah..
Kau mewujudkan tangisan-tangisan malamku..
Namun mengapa jiwaku terasa perih dan pilu?
Kau mengabulkan asaku kembali kepada langit biru..
Namun mengapa aku duduk di balik kegelapan sambil menangis tersedu?

"Pada akhirnya, segala sesuatu akan selalu kembali kepada takdirnya," kata sang guru.
Lalu mengapa hatiku harus retak, dingin, dan membiru?
Bukankah seharusnya aku tersenyum melepaskan meskipun mulutku masih membisu?
Atau apakah ini hanya pemahaman yang tersamar dalam haru?

Ya.. Malaikat yang Kau utus telah memelukku atas namaMu..
Ia menjadi pengganti sayapku yang telah dipatahkan cinta..
Ia menampung lautan di mataku dan kegamangan di dalam mimpi-mimpi malamku..
Ia mengumpulkan lembaran-lembaran elegi yang kutulis dengan air mata..

Namun manusiaMu yang satu ini masih terlalu lemah dalam kekeraskepalaannya..
Selalu mencoba memberontak dari dekapan takdirnya..
Tidak pernah berhenti bertanya meskipun seluruh jawaban telah terhampar nyata..
Mendengar, merasakan, namun tidak pernah berani untuk membuka mata..

Bahkan.. bantuanMu pun tak kuasa untuk kuterima..
Nyaliku masih terlalu kerdil dalam kecurangan dan jalan pintas..
Kau telah memberiku jalan termudah untuk melewati ujian masa..
Namun jemariku masih mencengkeram erat sulurnya, enggan melepas..

Aku tidak ingin berpegang kecuali kepadaMu..
Namun cinta tak henti-hentinya mengujiku..
Gelombangnya begitu besar mengombang-ambingku..
Cahayanya terik meluluhlantakkan pilar-pilar hatiku..

Tapi kini aku paham..
Bahkan uluran tanganMu adalah ujian..
Karena ini bukan tentang cinta ataupun kesedihan..
Ini tentang melepaskan dan mengikhlaskan..

Tuhan, kukembalikan hati ini kepadaMu..
Sebab hanya Kaulah keping yang mampu mengutuhkan jiwaku..

[12 September 2011]



*Puisi ini ditulis oleh sahabat saya, Adenium Halliwell alias "Sang Dinda", saya menyukai puisi-puisinya yang penuh keterus terangan tanpa kepura-puraan, meskipun isi puisinya kebanyakan mengarah pada kegalauan, keterpurukan, luka, putus asa serta kelelahan tetapi dari narasinya terbersit kekuatan untuk bertahan, tumpahan isi hatinya yang bermakna tidak melulu jeritan tentang penderitaan namun semacam proses metamorfosa sebuah ihktiar manusia dari segala persoalan hidup yang selalu berakhir dengan jalan keluar.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 6)


1 komentar:

  1. Terima kasih sudah di publish di sini, Kakanda. Jadi malu, niy. Hehehe.. ^^

    BalasHapus