Minggu, 25 September 2011

PORSI SEJARAH ISLAM DALAM SEJARAH DUNIA

Oleh: Irman Musafir Sufi
Sesudah absen beberapa saat Alhamdulillah  kali ini bisa menyisihkan waktu untuk menuliskan sesuatu. Sesuai janji saya di awal blog bahwa saya akan mulai menulis tentang sejarah, knapa sejarah? Karena sejak kecil saya menyukainya. Sebagai penyuka sejarah sejak kecil, ada hal yang sedikit mengganjal di kepala saya terutama tentang peran sejarah islam dalam konteks sejarah dunia, bagi saya sejarah bukan hanya rentetan peristiwa, tetapi, mengutip pendapat tamim anshari, peristiwa-peristiwa yang berpengaruh dipilih dan disusun membentuk garis lengkungan cerita, karena itulah sejarah bukan hanya dikenal karena peristiwa, bisa jadi karena tokoh atau tempat.
Yang menjadi ganjalan dibenak saya adalah, kemana saja sebenarnya sejarah islam selama ini? Coba anda baca dalam ensiklopedia dunia, berapa halaman yang dikhususkan membahas sejarah keislaman? Atau ada berapa sih tokoh islam yang dikenal dunia? Begitu juga tempat suci fenomenal seperti mekkah, seberapa terkenal sih diantara akademisi dibanding tembok china? Kok islam dibuat sejarahnya sendiri? Saya memandang islam sebagai entitas sendiri sesuai fakta karena islam sejatinya adalah punya peran disegala bidang sehingga ketika berbicara tentang islam kita tidak berbicara tentang arab saja atau turki saja tetapi hampir semua Negara yang mempunyai kepentingan dengan ummat islam.
Bisa jadi ada pertanyaan, emang seberapa besar peran islam dalam sejarah? Jangan-jangan emang kecil? Pendapat saya dari dulu sampai sekarang tidak berubah, Islam sangat berpengaruh dalam sejarah dunia karena itu layak mendapatkan porsi besar dalam sejarah, alasannya sangat panjang lebar jika saya bahas, tetapi beberapa sampaikan seperti, sejarah islam ada sejak turunnya manusia pertama, munculnya Nabi Muhammad yang fenomenal,  peran islam dalam iptek dan pencerahan dimasa kegelapan barat, islam pernah menjadi pusat kekuasaan, iptek dan militer di masanya, dan masih berkembangya islam saat ini dan menjadi pusat perhatian, dan banyak alasan lainnya yang akan saya bahas dalam tema tersendiri.

Asumsi saya diatas memang sedikit bertolak belakang dengan fakta  yang ada, sebagai contoh, renaissance di Italia justru lebih dikenal daripada renaissance islam, coba anda baca Othello karya Shakespeare, anda tidak akan tahu bahwa orang moor adalah muslim dari cerita itu, padahal dimasa itu dunia dan iptek dikuasai oeh 3 besar imperium islam, (bisa dilihat juga dari cerita prince of Persia, tidak ada sedikitpun suasana religius islam dalam cerita kerajaan islam itu, padahal tokohnya banyak diambil dari sejarah seperti Nizam Al Mulk), mungkin ada yang baru tahu juga kalo avicenna itu ibnu sinna ahli kedokteran muslim (banyak yang menamai anaknya avicenna dengan asumsi nama itu dari yunani), atau averoes adalah ibnu rusydi ahli filsafat muslim, atau mungkin banyak yang kaget kalo mario teguh itu seorang muslim. Cerita orientalis yang sering kita dengar malah mengenai kemewahan penguasa islam beserta haremnya dimana dilukiskan gambar-gambar gundiknya sultan secara berlebihan (tanpa busana), padahal islam (dan pemerintahan islam) melarang hal tersebut.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa barat sengaja mengubur sejarah muslim, mengecilkannya, bahkan dijaman dulu membakar kitab-kitabnya dan mengklaim sebagai penemuannya, Mungkin ada benarnya dimasa lalu,  namun tidak dapat dibantah pula bahwa islam pun pernah mengambil ilmunya barat sebelum diadopsi dan dikembangkan menjadi iptek islam (contoh dikembangkannya pendapat2 filsuf Yunani oleh filsuf islam dsb), saya justru lebih melihat bahwa sejak dulu islam dan barat sebagai dua semesta yang terpisah, berdampingan tetapi masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri, masing2 menganggap sebagai pusat sejarah manusia (Bayangkan seperti dua orang teman yang duduk berdampingan namun keduanya sibuk dengan blackberry messanger masing2). Maka dari itu tidak heran jika kritikus sastra Edward Said berpendapat bahwa selama berabad-abad barat telah membangun  sebuah fantasi orientalis tentang dunia islam, dimana perasaan sinis “keserbalainan” berbaur dengan gambaran tentang  kemewahan yang dicemburui, mungkin bedanya saat islam bersinggungan dengan barat dimasa lalu, islam lebih menonjolkan toleransi dan menyerap iptek dengan baik, namun saat islam bersinggungan dengan barat di abad 17 sampai dengan sekarang (mungkin lebih tepat saat barat mendatangi islam), justru barat seolah-olah menggilas sejarah islam karena arusnya yang begitu kuat dan lemahnya ummat islam.
Inilah motivasi saya untuk mengulas kembali sejarah islam, Karena pada dasarnya ada hikmah dibalik sebuah sejarah:
“Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran yang baik-baik bagi orang-orang yang berakal” (Yusuf;11).

Namun karena saya bukan ahli sejarah saya akan membahasnya dengan penuh kesederhanaan, bisa jadi nama-nama saya singkat, tidak semua sumber saya catat, bisa jadi saya terinspirasi oleh sebuah tempat, tokoh peristiwa, bahkan novel, maka sayapun tidak akan menulis kronologis (dari nabi adam sampai dengan sekarang), bisa jadi aclok-aclokan saya membahas masa kini, kemudian abad petengahan tiba tiba loncat zaman khalifah atau mungkin hanya membahas tema dsb. Saya juga tidak akan berlebihan dalam membahas romantisme sejarah, sebagai contoh hilangnya andalusia dari kekuasaan muslim hanya akan saya pandang sebagai rangkaian peristiwa yang dapat dipetik hikmah, tidak lebih, (bisa kita analogikan juga seperti orang kristen yang kehilangan konstantinopel atau orang hindu dan budha yang kehilangan zaman keemasannya di nusantara), yang penting intinya kita bisa sama-sama belajar. Menurut Syaikh Hasan bin Abdullah,”Sejarah tempat belajar para generasi. Disana orang2 yang hidup belajar apa yg bermanfaat bagi mereka dan belajar apa yang berbehaya untuknya agar ia dapat menghindar darinya. Sejarah adalah jembatan yang menyambungkan masa lalu dan masa kini”. Wallahu a'lam

1 komentar:

  1. sangat membantu... terima kasih...
    adakah kontak yang bisa saya hubungi? mislkan BBM, FB, WA, atau sejenisnya.?

    BalasHapus