Minggu, 23 Oktober 2011

CERPEN: SERPIHAN CINTA

Oleh: Fira Rafi

Hari itu layaknya hari-hari biasa yang selalu kujalani, tak ada yang istimewa. Aku berangkat menuju sekolah dgn berjalan kaki, karena jarak dari rumah ke SMAku tak terlalu jauh. Kurasakan pagi ini begitu sejuk, matahari pun nampak masih enggan tuk meningggalkan peraduannya. Langkahku terasa ringan, kuberjalan tidak begitu cepat, karena kupikir hari masih pagi. Bel tanda masuk pun masih lama berbunyi, saat itu baru pukul O6.3O wib, kulihat jam ditanganku. Akhirnya tiba juga di depan gerbang sekolahku tercinta, kulihat Pak  Satpam dan beberapa orang guru piket sedang berdiri. Kuanggukan kepalaku sambil tersenyum, ’’Assalamuaalaikum Pak…….’’ setelah terdengar jawaban dari mereka aku pun bergegas menuju kelasku. Sekolahku memang sangat indah, asri dan sejuk. Banyak pohon-pohon palm dan kelapa berderet rapi sepanjamg jalan, bunga-bunga indah tampak manis menghias setiap halaman kelas.
Ternyata di dalam kelas sudah banyak juga teman-temanku yang datang. Kulihat di pojok sebelah timur, Indra, Diki dan Fitri sedang asyik ngobrol sepertinya mereka sedang membahas tugas yang akan segera dikumpulkan. Ooh……….aku baru ingat, terang saja mereka datang lebih awal karena pelajaran pertama hari ini adalah Kimia, dan gurunya pun terkenal sangat killer. Bel berbunyi tanda dimulainya pelajaran, anak-anak yang masih di luar kelas pun bermunculan satu persatu. Alhamdulillah hari ini Beliau menerangkan materi pelajaran dengan baik, sehingga kita semua dapat memahaminya .Kulirik jam di tanganku, ternyata jam istirahat sebentar lagi, pantas saja perutku sudah mulai menagih sesuatu, padahal sebelum berangkat tadi aku sempatkan sarapan dulu, hmmm……….  
’Teeeet’…..bel pun berbunyi saatnya istirahat tiba, aku masih berada di dalam kelas ketika kulihat dari kejauhan dengan langkah tergesa Deva menuju ruanganku. Dia tiba di depan kelas lalu melongokkan kepalanya sambil melambai ke arahku dia berkata, ”Fir………sini deh!!”
Aku beranjak dari tempat dudukku,lalu menghampirinya,
”Ada apa ya…tumben nih?”tanyaku  
”Fir,ada salam untukmu lho………” Deva bilang
 ”Dari siapa,Dev ? tanyaku
 ”Ah…masa sih kamu nggak “ngeeh...Fir ?”
”Mmmh……..siapa ya ? ”
 ” Beneran kamu nggak tahu Fir ? ”
 ” Iya Dev………aku nggak tahu, ayo dooong bilaaang !”
” Pokoknya dia selalu muji kamu, dia bilang kamu anggun, matamu indah……sayu, gitu katanya…..” sambil senyum-senyum Deva berceloteh membuatku tambah penasaran saja.
Sejenak aku terdiam mencoba mengingat-ingat, memang sih akhir-akhir ini ada seseorang yang selalu memperhatikanku, setiap aku lewat depan kelasnya dia pasti curi-curi pandang ke  arahku, apa dia ya ?
” Heeey….kok malah bengong gitu sih ! ”teriak Deva membuyarkan lamunanku.
” Nggak Dev…abisnya kamu juga siih, nggak langsung bilang..jadi siapa Dev ?”ulangku
”Ok….dia adalah Rafi, anak kelas tetangga…….”
Yaa Allaaaah……..ternyata benar……dia orangnya, gumamku dalam hati. Anaknya memang pendiam, gak banyak tingkah, sangat cool orangnya, dia pintar dan yang paling berkesan bagiku dia anak yang soleh sangat berbeda dengan anak sebayanya.

Sebenarnya nama Rafi nggak terlalu asing juga di telingaku, dia adalah teman SMP Hera sahabatku. Aku dan Hera memang bersahabat, banyak waktuku kuhabiskan di rumahnya.
Suatu ketika aku buka album fotonya, dari deretan foto-foto itu aku tertarik pada sosok laki-laki yang sedang duduk termenung, tampak tenang namun berkarakter.
” Ra……siapa nih ? ”
” Yang mana Fir……? ”
” Ini….yang pake kaus putih, nih yang ini…..” sambil kutunjuk fotonya.
” Oooh……itu…. Rafi namanya, Fir ? lanjut Hera
” Lucu yaaa……mirip artis ? ”
” Artis yang mana ? ”
” Itu lhoo…..Gunawan, yang diiklan Biore” terangku sambil tersipu-sipu.
” Duuuuh……suka yaaa ? ” goda Hera. Ingin kujawab iya tapi aku urungkan niatku.

Sejak saat itu aku memanggilnya dengan sebutan ”si Biore” dan tanpa sepengetahuan Hera, sejujurnya sudah ada rasa simpatik di hatiku terhadap si Biore itu, tapi aku malu untuk mengakuinya.
” Hallooo…..Fira, kamu ini  kenapa siih, dari tadi aku ngomong ko dicuekin ?”Deva nyerocos sendiri.
”Eeeh….mmmh…..maaf Dev, maaf banget aku nggak nyimak, apa tadi kamu bilang ?” dengan nada bingung aku jawab pertanyaan Deva.
” Oh… My God !!!!” lanjut Deva sambil menepuk dahinya sendiri, aku pun dibuatnya tersenyum.
” Dengerin yaaa….dapat salam dari Rafi anak kelas 1 – 6, gimana diterima nggak Fir? Tampak gemas Deva mengulang pertanyaannya, namun sambil senyum juga akhirnya..
” Gimana yaaa…..emang harus dijawab sekarang ya, Dev ?”
” Nggak,…tahun depan aja.” Bentak Deva, tapi aku malah senyum melihatnya.
” Ya…iyalah sekarang Fiiir, gimana sih kamu ? ”
Aku hela napasku perlahan, karena entah kenapa hati ini menjadi bergemuruh, seolah-olah ada pasukan genderang yang sedang bertalu-talu di dalam hatiku.
” Hmmmh…gini deh Dev, bilang sama Rafi…..aku mau dia yang sampaikan langsung padaku, ok ? ” jelasku.
” Ok deeeh…kalo gitu,nanti aku bilangin yaaa ” dengan semangat Deva menjawab.
”Ah………Deva kamu memang teman yang baik ,” ucapku lirih.
Sayang hari itu Hera sahabatku tak masuk kelas, padahal aku sudah tak sabar ingin segera bercerita. Jadi daripada menunggu besok hari aku putuskan untuk meneleponnya sore nanti.
” Hallo ? ” terdengar suara Hera diujung sana.
” Hallo Ra,.nih aku Fira,.Ra…Ra…tahu nggak si Biore nitip salam untukku Ra, gimana nih Ra, aku harus jawab apa Ra ?” ucapku berapi-api nyaris tak memberi kesempatan Hera untuk bicara.
” Tenang….tenang, pelan-pelan ngomongnya Fir,buru-buru amat sih ” jawab Hera sambil tertawa ringan.
” He he…….Iya deeeh ”
” Tadi kamu bilang si Biore nitip salam ? ” Tanya Hera
” Iya  ” jawabku
” Rafi nitip salam untukmu ? ” seolah-olah nggak percaya Hera mengulang pertanyaannya.
” Iya ..Ra, gimana dong Raaaa, aku harus jawab apa Raaa, Help Me Pleaase?!!” ucapku memelas.
” Terus kamu bilang apa…..dia ngomong langsung Fir ? ”
” Nggak sih….Deva yang bilang, temannya itu lho Ra …. ”
” Iya tahu……….terus ? ”
” Belum aku jawab……Ra, Cuma aku bilang gini aja, kalo emang dia sungguh-sunggguh, aku mau dia yang sampaikan langsung padaku, bener nggak Ra ? ”
” Iya bagus….dengan begitu kamu bisa tahu keseriusannya….kapan katanya dia mau bilang?”  ” Nggak tahu…….Raaa…….”
” Oooh gitu………selamat menunggu deeh, ” goda Hera
Aku hanya tertawa saja mendengar godaannya, lalu aku pun mengakhiri obrolan via telepon itu.
Malam itu  terasa panjang bagiku, kedua mata ini seolah enggan tuk merapat, dalam angan dan pikiranku hanya terlukis satu nama.
Kutersentak dan terjaga ketika mendengar bunyi wekker di kamarku, Ya Allah……ternyata sudah saatnya Shalat Subuh, perasaan baru sebentar mata ini terpejam, hmmmh……entah jam berapa aku terlelap.

//////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

 Semua anak-anak berhamburan keluar kelas, mereka menuju ruang ganti baju, karena pagi ini kami semua akan mengikuti pelajaran olahraga. Kuberjalan bersama teman-temanku, dan kini aku akan melewati kelasnya….” Deg….deg….deg…..terasa degup jantungku semakin cepat. Ya Allah…….bagaimana ini….padahal aku tidak bertemu dengannya. Ternyata pintu kelasnya terbuka, dan aku melihat dia tengah menatapku seakan hendak tersenyum namun tampak ragu.
Istirahat kali ini yang datang menemuiku adalah Fahri, dia teman SMP ku dan bukan kebetulan dia adalah teman sekelas Rafi, ah kali ini aku sudah dapat menebak apa yang akan dia sampaikan padaku.
” Hai……Fir…….” Sapa Fahri.
” Hai…… Fahri… ” jawabku sambil senyum-senyum.
” Kenapa kamu senyum-senyum gitu.udah tahu ya maksud kedatanganku ? ”
” Nggak…. ” ucapku singkat.
” Emangnya ada apa Ri ? ” susulku kemudian.
” Ada seseorang tuh yang ingin ketemu sama kamu ! ”
” Siapa ya ? ”
” Ah… kamu pura-pura nggak tahu kan, tuh si Rafi pengen ngomong sesuatu katanya….
  Pokoknya nanti pulang sekolah,kamu jangan pulang dulu ya, tunggu dia…….ok ? ”
Aku mencoba menenangkan perasaan,yang tak menentu…..berbagai rasa berkecamuk di dadaku saat itu.
Jujur saja, pelajaran selanjutnya aku tidak dapat berkonsentrasi dengan baik karena memikirkan apa yang akan terjadi siang nanti.
                
Satu persatu teman-temanku meninggalkan ruangan kelas, sekarang yang tertinggal hanya aku dan Hera saja di ruangan ini.
Beruntung aku punya sahabat seperti Hera, dia sangat baik dan sangat mengerti aku. Seperti saat itu….. aku berjalan mondar-mandir dihadapannya.
” Udahlah Fir…….tenang aja……nanti juga dia datang kok….” goda Hera, selalu seperti itu tingkahnya.
 ”Justru aku bingung Ra……apa yang harus kulakukan Ra, seandainya dia ungkapin isi hatinya, harus kujawab apa Ra ? ”
” Fir,jujur deh…..kamu juga suka kaaaan? ” pertanyaannya membuatku tersipu.
” Aaaah…..kamu Raa…….”
” Ya udah, ga usah bingung-bingung……jawab aja iya, beres kan ? ”
Enteng sekali Hera memberikan jawabannya, aku terdiam sesaat.
Tok….tok…..tok…….tiba-tiba terdengar pintu kelasku ada yang mengetuk.
Tubuhku bagaikan tersengat listrik, degup jantungku serasa berhenti saat itu, ketika kulihat ke arah pintu yang terbuka lebar, ada sesosok laki-laki tengah berdiri menatapku, sambil tersenyum dia memanggilku, ”Fir…….bisa bicara sebentar?” Ucapnya sopan.
Entah bagaimana langkahku saat itu ,aku benar-benar tidak bisa mengendalikan diri dan perasaanku. Jika ada yang memperhatikan mungkin wajahku saat itu telah benar-benar berubah warna.
” Ra…….jangan pulang dulu yaa, pleaaase….tunggu aku ya ?”  Dan Hera pun mengangguk tanda setuju.
Aku pun keluar kelas dan berjalan bersama Rafi. Yang aku ingat saat itu ruangan –ruangan kelas sudah nampak kosong,jadi suasana terasa sepi. Kami berjalan menuju taman yang letaknya di belakang kelasku, lebih tepatnya berada di depan kelas 1-6. Kami berdua duduk di bangku yang kokoh, di belakangnya tumbuh sebatang pohon yang rindang, sangat sejuk…. 
Kemudian Rafi membuka pembicaraan……………………

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah hari itu….aku merasa bahagia, karena sekarang ada seseorang di hatiku,yang akan selalu menemani hari-hari indahku. Ternyata Rafi benar-benar baik, sangat perhatian  dan melindungi, tak salah aku memilihnya.
Liburan akhir tahun tinggal beberapa hari lagi, itu artinya untuk beberapa waktu aku tidak akan berjumpa dengannya.
” Fir…liburan mau pergi kemana ?” tanyanya saat kami pulang bersama.
” Aku, Hera sama Fifi mau liburan ke rumahnya Uci, Fi…..
   Boleh kaan ? ”
” Boleh….emang rumahnya dimana ? ”
” Di Banten…..”
” Hmmh…jauh dong, emang berani, cuma berempat aja ?” ada kecemasan dalam pertanyaannya itu.
”  Insya Allah….harus berani dong, Fi…”jawabku meyakinkannya.
” Iya…saya percaya, eh kamu pasti perlu kamera kan,buat foto-foto nanti, kalau kamu perlu besok saya bawain ya ? ”
” Iya deh, aku mau….makasih ya Fii….”
Aaah…….kamu memang sangat perhatian Rafi.


Hari ini adalah hari terakhir sekolah, karena besok sudah mulai libur kenaikan kelas.
Oh…ternyata Rafi sudah menungguku, ada rasa sedih di hatiku karena akan berpisah dengannya. Tapi nggak apa-apa toh cuma untuk beberapa minggu saja kok.
Aku menghampirinya, dia langsung membuka tasnya dan mengeluarkan kamera lalu memberikannya padaku.
” Nih.. Fir kameranya, kamu hati-hati ya disana.. ”
” Iya.. Fi, makasih….doain aku ya…”
” Insya Allah, saya akan selalu doain kamu, Fir…rencananya berapa hari kamu disana ? ”
” Belum tahu…” aku jawab sambil tersenyum
” Lho ko belum tahu ? ”
” Yaa..paling lama seminggu deh, Fi…”
” Ok deh…take care yaa..” ucapnya sambil terssenyum.
” Kamu sendiri liburan mau kemana Fi ?”
” Aku sih belum tahu, yang pasti pulang kampung, Fir.”
Rafi memang tidak tinggal sekota denganku, disini dia tinggal di Pesantren, jadi ketika liburan tiba dia pasti akan pulang ke kotanya.

Liburanku memang terasa lain kali ini,sangat bahagia. Apalagi ini adalah liburan pertamaku setelah aku ”jadian” dengan Rafi. Banyak pengalaman yang benar-benar pertama kali aku alami,  seperti perjalanan kami menuju Banten sangat istimewa.  Bagaimana tidak, satu-satunya alat transportasi menuju ke Banten dari Cisolok adalah Toring, Toring adalah sejenis kendaraan bak terbuka. Dapat dibayangkan kami berempat duduk di mobil tanpa penghalang sedikit pun, berdesakkan dengan para penumpang sepertinya mereka adalah pedagang, karena banyak sekali barang-barang yang mereka bawa. 

Untung saat itu cuaca cerah,kalau tidak…kami basah kuyup.   Perjalanan yang kami lewati sangat berliku dan curam, namun kami nikmati saja malah kami anggap ini adalah arena permainan seperti di Dunia Fantasi.   Selain itu juga sejauh mata memandang yang nampak hanya  keindahan, nun jauh disana laut seolah mengiringi perjalanan kami.           
Setelah melewati medan yang cukup sulit, akhirnya perjalanan yang menegangkan itu pun berakhir. Kami tiba di sebuah dusun yang asri, sangat sejuk dan sederhana. Kami menuju rumah Uci, disanalah kami kan tinggal, hari ini kami hanya melepas lelah dan bersilaturahmi dengan keluarganya.      
                                                         
Esoknya kami berempat disertai paman Uci dan saudaranya akan pergi ke laut dan coba tebak dimana letak laut itu ?  Ternyata…….untuk sampai ke tujuan, kami harus berjalan melewati hamparan sawah-sawah yang luas, hutan-hutan karet serta kebun kopi dan yang paling mendebarkan, kami harus memanjat tebing-tebing karang yang cukup tinggi, agar kami dapat menginjakkan kaki di pantai tersebut. Sungguh sangat diluar dugaan kami, namun kali ini pun kami nikmati sebagai tantangan saja, bahkan kami tak henti-hentinya berfoto ria, entah itu di sawah, di hutan bahkan di atas karang pun jadi. Ternyata memang benar………pantai ini begitu indah, sayang belum terawat dan tertata dengan baik, padahal sangat berpotensi jika dijadikan sebagai tempat objek wisata. Basisir Cantigi nama tempatnya.
Bagaimana kabarnya dengan Rafi ya,sedang apa dia sekarang? Walaupun aku tengah menikmati liburan ini, namun di hatiku selalu teringat akan dirinya, apakah dia juga sama teringat aku? Semoga dia baik-baik saja…….pikirku.                 
                       
Tak terasa 5 hari sudah kami lewati liburan seru ini. Tiba saatnya kami untuk pulang, sedih rasanya karena kami akan berpisah dengan keluarga Uci yang selama ini telah sangat baik menerima kami. Ibu yang sangat perhatian kepada kami beliau perlakukan kami seperti anaknya sendiri, Bapak, nenek juga semua saudara-saudara yang lainnya,mereka sangat hangat sehingga membuat kami nyaman berada di tengah-tengah mereka.
Sungguh kami tak akan lupakan kebaikan kalian sampai kapanpun.  Kesedihanku tak berlangsung lama,terhapus oleh rasa rindu ingin segera bertemu dengan ayah, ibu, adikku dan tentu saja dengan Rafi.  
       
Hari itu belum terlalu siang, aku sedang tiduran sambil mendengarkan radio. Tiba-tiba terdengar suara motor berhenti di depan rumahku. Aku sibakkan tirai kamarku dan kulihat diluar ada Pak Pos.  
 ” Permisiii……..ada suraaat!”
Aku bangun dari tempat tidurku, dan berlari ke arah pintu.        
” Iyaaa…..tunggu sebentar paaa…” jawabku sambil membuka pintu.
” Ada surat neng…buat Fira Rahayu, betul kan ini rumahnya?” kata Pak Pos sambil memberikan suratnya kepadaku.
” Oh iya,betul Pa….terima kasih ya Paa… ” ucapku senang.   
Pak Pos pun berlalu…..aku kembali ke kamarku.   Ingin rasanya aku melompat-lompat saking senangnya karena kutahu dari siapa surat itu datang. Kulihat nama pengirimnya Muhammad  Rafi…ya tidak salah lagi, surat ini dari Rafiku. 
Bahagiaaa…….rasanya,meski aku belum membacanya.
”Tenang Fir….tarik napas dalam-dalam…” ucapku menenangkan diri sendiri,hatiku sangat berdebar-debar,senang,terkejut dan entah apalagi perasaanku.    
                                                            
Dengan sangat hati-hati aku robek pinggir sampul surat itu, perlahan-lahan aku pun mulai membaca,
Ya Allah…..sungguh indah kata-kata itu, bak seorang pujangga Rafi mengurai perasaannya, hingga membuatku terharu, berharga dan sangat berarti di matanya, aku merasa ada yang memiliki. Kuambil buku dan aku pun mulai membalas suratnya itu, cukup lama juga aku menulis, karena aku tak pandai merangkai kata seperti Rafi. Ah, selesai sudah…….dan aku pun bersiap-siap untuk pergi ke Kantor Pos. Bahagia mengiringi langkahku………….Yuppz, aku akan segera mengirimkan surat balasan ini, agar Rafiku segera membacanya. Tiba di rumah, aku mendapatkan surat lagi, bukan dari Rafi melainkan dari OSIS. O ya…aku adalah Pengurus OSIS utusan dari DKM, dan surat tadi adalah Undangan untuk mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa ( LDKS ) di Gedung Dakwah, selama 1 minggu. Yaaaa.. berarti besok aku harus pergi melaksanakan tugas, entahlah kenapa ada perasaan tak bersemangat kali ini. Selama kurang lebih 1 minggu,kami dikarantina…dibekali dengan ilmu-ilmu tentang Organisasi, Kepemimpinan, Kedisiplinan dan masih banyak ilmu-ilmu lainnya. 
                                                                
Tiba juga hari terakhir kami dikarantina, aku akan segera pulang,aku teringat terus sama Rafi.
 Alhamdulillah…………………sampai juga di rumah, senangnyaaaa hatiku.
“Teh …………… kemarin ada Fahri lho sama temannya datang.“ kata Mama. 
 “Fahri datang berdua Mah…sama laki-laki atau perempuan Mah ? “
 “Sama laki-laki, Teh…“  Masya Allah…………. Aku benar-benar  tersentak kaget, bahagia… tapi di saat yang sama aku menjadi sedih, Ya Allah………..Rafi datang kemarin ke rumah,  di saat aku tak ada. Aku langsung masuk kamar, kujatuhkan badanku ke tempat tidur dan menangis. Aku ingin liburanku segera berakhir, agar aku bisa bertemu Rafi.                                                                  
Yang kunanti-nanti tiba juga, hari ini masuk sekolah, horeee……………sekarang aku mau lihat Papan Pengumuman dulu aaah, masuk kelas manakah aku ? Sebenarnya aku telah memilih Jurusan Biologi, hanya belum tahu pasti, oooh ternyata aku ada di daftar Kelas  Biologi. Rafi kelas mana yaaa…..aku coba melihat-lihat……nah ini dia, Kelas Sosial, ternyata Rafi memilih jurusan Sosial. Aku berjalan menuju kelas baruku, dan kelas Rafi ternyata ada di sebelah barat kelasku terhalang oleh beberapa kelas. Mana yaaa…Rafi kok belum kelihatan, ahirnya bel pun berbunyi…….nggak apa-apalah mungkin istirahat nanti bisa bertemu, ternyata istirahat pun aku nggak bertemu, mudah-mudahan nanti siang bisa pulang bareng. Tiba-tiba…..aku mendengar teriakan Arif, “ Kepada Seluruh Pengurus OSIS, pulang sekolah kumpul di ruang OSIS…………..”  
Deg!!! Seperti sambaran petir saja teriakannya itu, bagaimana tidak ??!! Itu berarti rencana pulang bareng Rafi musnah sudah.                                                                                                         
Bel  tanda berakhirnya  pelajaran berbunyi,aku tidak bersemangat……..kulihat ternyata di luar sana, Rafi sudah menungguku. Dia tersenyum ke arahku, wajahnya berseri-seri, aku tahu dia pasti bahagia….aku pun membalas senyumnya, walau hati ini sedih…..
“Haaai………apa kabar,“ tampak semangat Rafi bertanya. 
 “Alhamdulillah……baik Fi………..” kucoba sewajar mungkin agar dia tak kecewa.
“Fir, waktu itu aku ke rumah lho sama Fahri, sayang kamu nggak ada…………”
“Iya, nyesel banget Fiii……maaf ya….aku masih di karantina, mama juga bilang kok……. “
  “Ya udah deh……nggak apa-apa kan sekarang udah ketemu…..pulang yuuu? “ ucapnya berbinar-binar. 
“Fiii…..aku disuruh kumpul OSIS  dulu…….” Jawabku tak bersemangat.
“Lama nggak…….biarin saya tunggu aja, Fir……” masih semangat Rafi menjawab dan semakin membuatku sedih.
“Nggak tahu Fi………..biasanya sih lama………” Kulihat raut wajahnya berubah, aku tahu dia pasti kecewa.“Ya udah deh kalo lama, saya pulang sendiri saja………….”  
“Maaf ya Fiiii…………………”
Dengan langkah gontai Rafi meninggalkanku……….aku sangat menyesal. Kenapa harus hari ini ??!!    Kenapa nggak besok saja sih kumpulnya ??!! Biarkanlah hari ini menjadi hari buat aku dan Rafi saja !!!
Aku tidak merasa hadir di ruangan ini, jiwaku entah kemana…….mungkin pergi mengikuti langkah Rafi. Ternyata……setelah pertemuan OSIS pun aku masih harus kumpul lagi di DKM, akhirnya sampe sorelah aku berada di sekolah.

Kegiatanku di OSIS ternyata sangat menyita waktuku, terutama intensitas pertemuanku dengan Rafi, kita jadi jarang bertemu, jangankan untuk pergi di luar jam sekolah, pulang sekolah bareng pun bisa dihitung dengan jari. Aku merasa sangat bersalah terhadapnya, namun semua itu tak merubah rasa cintaku kepada Rafi, mudah-mudahan Rafi pun sama terhadapku, dan memahami kesibukanku ini.      
Namun ternyata inilah awal berakhirnya ceritaku dengan Rafi, kegiatan DKM sebenarnya sangat bermanfaat karena aku masih dapat membagi waktuku untuk kegiatan lainnya termasuk Rafi, namun persoalan mulai muncul ketika dalam salah satu pertemuan muncul kakak-kakak yang datang dari luar SMA yang memperkenalkan diri dan mengajak kami lebih intens dalam pengajian, kami kemudian dipisahkan dalam beberapa kelompok pengajian dibimbing masing-masing oleh kakak-kakak tersebut, kemudian aku diberi materi pengajian yang berhubungan dengan Dinul Islam. Karena keawamanku aku terus mengikuti karena memang niat ingin belajar, namun kemudian aku diwajibkan untuk mengikuti pengajian dua hari sekali diluar masjid, ini yang menjadi pertanyaan mendasarku kenapa sebah pengajian harus diluar masjid dan rahasia, setiap pengajian yang aku terima adalah doktrin tentang kepatuhan kepada imam melebihi kepada orang tua dan harus berani melawan mereka demi “kebaikan” jika orang tua kita belum “seakidah: dengan kita. Aku mulai bimbang karena berbohong kepada orang tua menurutku tidak baik, aku tidak merasa nyaman dengan pemahaman mereka tapi disisi lain aku takut karena mereka selalu mengancam untuk tidak membocorkan pengajian serta isi pengajian ini kepada siapapun, aku merasa terjebak tanpa jalan keluar. Dan taka da orang yang tahu selain aku dan teman-temanku yang ikut pengajian, bahkan orang tuaku dan Rafi tidak mengetahui hal ini.     
                                                                                                                                  
Ternyata namanya orang tua tidak bisa dibohongi, perasaan mereka tajam, hingga  suatu malam ayah memanggilku,  
“Teh….duduk sini………” kata ayah sambil menepuk tempat duduk di sampingnya.  
“Iya…. Yah…ada apa ? “ hatiku berdebar – debar, jangan – jangan Ayah tahu sesuatu……..“ Nggak.
 Ayah Cuma mau nanya kenapa akhir – akhir ini, Ayah lihat Teteh banyak diem di kamar, ga pernah ngobrol, biasanya Teteh ceria ko jadi pendiam, jangan – jangan anak Ayah lagi putus cinta nih ? “ Tanya beliau sambil tersenyum.
Ayah memang idolaku, dia selalu bijaksana, baik dalam ucapan ataupun tindakan.   
“ Ah….Ayah nih……nggak kok Yaah………..Teteh Cuma capek aja………” ucapku hati–hati, aku takut identitas pengajianku terbongkar. 
“ Tapi Ayah pikir ada sesuatu yang Teteh sembunyiin dari Ayah ,ayo dong cerita sama Ayah………”
Ya Allah……………bagaimana ini, haruskah aku cerita ?! Ah…sama aja bunuh diri nih kalo terbongkar.
“ Yaah…..percaya deh sama Teteh,ga ada yang  Teteh sembunyiin dari Ayah, bener deh….” Jawabku meyakinkannya. 
"Ya sudah….kalau Teteh nggak mau cerita…..tapi Ayah nggak mau lihat Teteh murung terus ah……”
“Janji …..Yah, Teteh nggak akan murung lagi……..” Hufft…….hampir saja rahasiaku terbongkar, tapi ada rasa sesal telah membohongi Ayahku sendiri.
Di kamar aku merenung, terngiang – ngiang kata – kata Ayah, apakah benar aku telah berubah ya?      Lalu bagaimana dengan Rafi,  jangan – jangan dia punya pikiran yang sama dengan Ayah, ah nggak boleh terjadi..aku masih sama seperti dulu, dan aku yakin Rafi sangat pengertian.   
    
Alhamdulillah…..hari ini kita bisa pulang bareng, seperti biasa Rafi sudah menunggu di luar kelas, dari jauh dia sudah tersenyum,aaah bahagiaaa rasanya.
“ Hai……” sapaan hangatnya selalu kurindu.  “ Nggak kumpul kan hari ini ? “ Aku menghampirinya sambil tersenyum, “ Alhamdulillah…..nggak Fi, jadi kita bisa pulang bareng deh..” ucapku sumringah.
“ Alhamdulillaaah…akhirnyaaa,……..kita jalan yu Fir  ? “ ajaknya.
“ Kemana ? “ tanyaku                                                                                                               
“ Yaa… pulang ke rumah masing –masing laah … “ jawabnya sambil tertawa.
 “ Huuh…….kirain mau kemana, dasar kamu Fi…. “ ya memang seperti itulah Rafi selalu bisa bikin aku tersenyum. 
                  
Siang itu sengaja kami pulang dengan berjalan kaki saja, menyusuri trotoar……biar lebih lama pikir kami.
“ Eh…Fi, aku mau nanya nih…….kamu jawab yang jujur yaaa ? “
“ Ok……..mau nanya apaa ? “
 “Mmmh…ada yang berubah nggak dalam diriku?“
“ Ada “ jawabnya singkat, dan jawabannya itu membuat hatiku tak nyaman…berarti benar kata Ayah, setelah ikut pengajian itu aku berubah, aduuuh gimana nih ?                                                                                   
“ Bener  Fi………….aku berubah ? “
“ Iya……..kamu berubah……….menjadi lebih cantik Fir…” ucapnya sambil senyum – senyum
“Iiiiiiiiiiiiih……….Rafi… “ Dia bikin aku gemas saja, pengen nyubit deh rasanya…….Upss.. Ingat Fir…..Pacaran Islami tidak boleh ada kontak fisik sekecil apapun. Ok……..kami memang mau Pacaran secara Islami saja. Ah…Rafi memang paling bisa bikin aku tersipu – sipu malu.                  
Tak terasa karena asiknya ngobrol, tiba juga di depan jalan menuju rumahku, kami harus berpisah… Rafi melanjutkan perjalanan dengan naik angkot, sedangkan aku tinggal beberapa meter saja sampai di rumah.

Lagi – lagi hatiku gundah, dengan keikutsertaanku di pengajian ini, setiap anggota wajib berbaiat kepada Imamnya masing – masing. Aku kurang paham dengan maksudnya…harus dibaiat kembali, mengucapkan syahadat kembali di depan Imam dan ada sumpah setia, katanya. Karena aku belum sampai ke tahap itu, tapi wacana seperti itu sudah sampai di telingaku.  Ada lagi yang selalu bikin aku deg – degan, jika Upacara Bendera tiba kita dilarang untuk menghormat Bendera, apalagi menyanyikan lagu Indonesia Raya uuuh larangan keras tuh. Ada lagi yang bikin aku heran, tentang ketidakpercayaan mereka kepada Guru – guru, Ulama, Ustad dan Para Kiai yang bukan dari Jamaah mereka.
Doktrin Jihad = Perang yang mereka gembar gemborkan, tidak mengakui segala sesuatu yang menyangkut dengan Negara Kesatuan RI, membuatku semakin bingung saja, aku merasa terjebak dan terkurung tapi tak bisa lepas dari mereka,aku ingin lepas dari mereka….ah sepertinya tak mungkin, karena aku merasa tiap saat aku selalu diawasi. Lebih baik aku cerita saja sama Rafi, aku yakin dia banyak tahu tentang Islam. Sayang aku tidak punya keberanian untuk itu semua, rasa takutku mengalahkan segalanya.

Suatu ketika saat penyampaian materi usai,
“ Ukhti……kalian udah punya pacar ya ? “ tanyanya pada aku dan Tika. Deg!!!! Pertanyaannya menohok hatiku.
“ Ukhti tahu kan pacaran itu dosa, kenapa kalian lakukan juga ?!! “ Kami berdua hanya tertunduk dan tak berani menjawab.
“ Gimana kalian bisa memperjuangkan Islam,sementara hati dan pikiran kalian hanya sibuk memikirkan yang tak penting,pikiran kalian terpecah….tidak akan focus, sekarang dengarkan saya…ini adalah perintah,segera putuskan pacar kalian,tunjukkan kepatuhan kalian, saya ingin melihat keseriusan Ukhti..Jangan pernah menumpuk dosa Ukhti…………….!!!”                                                                                       
Lemas…..lunglai……..seperti tak bertulang rasanya badan ini,hatiku hancur luluh lantak…perasaanku remuk redam………..Malam itu air mataku tumpah,aku menangis….mengiba pada Allah………….“ Yaaa Allaah…….hamba hanyalah insan biasa,yang jauuh dari sempurna,hamba menyadari iman hamba masih lemah, Yaaa Allaaah… salahkah hamba bila hamba mencintai seseorang…Sedang Kau pun  Maha Tahu, cinta kami sederhana,tidak seperti yang lain……Dosakah hamba Yaa Allaah …..Yaa Allaah……bukankah Kau yang ciptakan rasa cinta ini, tapi mengapa hamba tak boleh mencintainya ?? Apa yang harus kulakukan Yaa Allaah…..aku sangat menyayanginya,membayangkan dia pergi menjauh pun aku tak mampu…..Haruskah aku mengakhirinya………Yaa Allaah…..apa yang harus kulakukan ???  Hamba takkan sanggup…….  Yaa Allaaah….....ijinkan hamba tuk tetap mencintainya……….”     
Perlahan – lahan aku mulai menjaga jarak dengan Rafi, sakit kurasakan ketika ku memilih jalan ini, karena aku membohongi hatiku sendiri, yang tetap mencintainya.

Aku semakin masuk ke dalam jamaah itu, aku semakin patuh dengan ajaran – ajarannya, meski sebenarnya aku menunggu kesempatan untuk keluar dari sana, tapi ternyata tak bisa…..Karena seringnya mendengar doktrin – doktrin  mereka, akhirnya sampai pada keputusanku, aku harus meninggalkan Rafi, biarlah aku tanggung rasa sakit ini, maafkan aku Rafi……..bukannya ku tak sayang lagi, tetapi kepatuhanku berada di atas segalanya.
Entah apa yang aku ucapkan pada Rafi saat itu,yang aku ingat Rafi begitu sangat terpukul dengan keputusanku, Nampak kesedihan yang mendalam di wajahnya, tanpa banyak kata Rafi meninggalkanku. Ya Allah…….maaafkan aku…yang telah menyakiti perasaannya, andai Rafi tahu saat itu aku jauh lebih terpukul dengan kenyataan ini, di saat aku tengah berbunga – bunga, bahagia dengan kehadiranmu di hatiku, kini harus berpisah………..

Ternyata memang benar, rasa cinta ini bukannya hilang di hatiku. Setelah berpisah pun…aku masih mencintainya, Saking kuatnya perasaan ini, membuat fisikku tak mampu lagi bertahan…aku sakit…..Berbulan – bulan aku menahan perasaan ini, terutama rasa bersalahku pada Rafi, aku tak bisa memaafkan diri sendiri. Walau aku coba untuk melupakannya…tetapi tak bisa….. Kini tak ada lagi senyumannya, tak ada lagi sapaan hangat darinya,tak ada lagi kata – kata yang selalu membuatku tersipu – sipu,aku sangat kehilangan….
Meski banyak kegiatan OSIS menyita waktuku, namun bayangan dirimu tak beranjak pergi dariku. Dalam pengajian itu pun aku semakin tidak betah, aku ingin lepas dari mereka tapi begitu sulit….tak semudah yang kupikir. Dengan kondisiku yang sakit, aku mulai jarang mengikuti pengajian, namun apa hasilnya… orang – orang mereka rajin datang ke rumah, aku tahu maksud kedatangannya.
Sekarang aku rapuh…..fisikku jadi tak kuat lagi, sampai – sampai teman – teman kelasku bilang, “Ih… “giyung “ denger Fira sakit, katanya…saking seringnya aku tak masuk sekolah.

Keputusanku sudah bulat,dengan sakitnya aku mudah – mudahan menjadi jalan terbaik bagiku untuk lepas dari mereka, perlahan – lahan aku mulai tidak menuruti perintahnya, aku abaikan semuanya….biarlah,aku sudah tak mampu lagi bertahan. Ternyata betul…prosesnya sangat rumit, kemana aku pergi, selalu ada yang mengawasi, membuntuti, berkali – kali datang ke rumah mengajakku kembali. Akhirnya aku tak sanggup lagi menyimpan rahasia ini, aku ceritakan semua pada orang tuaku. Alhamdulillah…sekarang Ayahku yang ambil kendali, aku tak dipertemukan dengan mereka ketika mereka datang, dengan tegas Ayahku meminta mereka untuk tidak mengejar – ngejar aku terus, dan menyatakan bahwa aku keluar dan tak diijinkan lagi mengikuti semua kegiatannya.
Alhamdulillah…lega rasanya, selesai sudah satu masalah di depanku,aku tetap berkumpul di DKM. Walaupun orang – orang mereka memandang sebelah mata padaku, apa yang aku utarakan selalu dipatahkan, seolah suaraku tak didengar lagi….Ah biarlah……aku ihlas, aku memang tak sebaik mereka.
Sekarang aku bebas…….ingatanku tak pernah lepas dari Rafi,aku sering berandai-andai….mungkinkah aku kembali padanya ? Tapi kurasa tak mungkin…karena setelah perpisahan itu, kami tak pernah bertegur sapa lagi, pernah suatu ketika kami berpapasan, Rafi pura – pura tak melihatku….sakit rasanya. Tapi aku sadar, Rafi berhak bersikap seperti itu…….memang aku yang salah,aku harus menanggung rasa sakit ini.
Beberapa hari kemudian, Uci mendatangi kelasku, “Fir..Fir..ada gossip baru“ katanya.
 “Apa nih……pagi – pagi udah ngegosip….“
 “Ih…kamu nih kuper  ya,belum tau….si Rafi udah jadian sama  si Dea, temen aku……” Deg!!!!
“ O ya ?! Alhamdulillah atuh…” ucapku pura – pura senang, padahal sakiiit….mataku mulai perih, wah pasti mau nangis nih pikirku, aku pura – pura menguap saja.                                                                                                    
“Whooamm “ kututup mulutku “ Duh ngantuk nih Ci….“ 
“Masa pagi – pagi dah ngantuk, nggak mandi yaaa?“
“ Enak aja…..kurang tidur kallee….. “ aku berpura-pura ceria dihadapan Uci, biar dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di hatiku. Dua sahabatku ini Uci dan Hera memang telah mengetahui aku putus dengan Rafi, dan mereka pun kecewa dengan keputusanku, makanya setiap ada sesuatu yang menyangkut tentang Rafi, mereka selalu sampaikan padaku.
Tak seorang pun tahu yang sebenarnya kurasakan, aku masuk kelas, terduduk lemas…..hampa…… Pupus sudah harapanku tuk kembali pada Rafi. Rafi sudah menemukan seseorang pengganti diriku. Bismillah…aku harus mengihlaskannya. Ya Allah bantulah aku untuk tetap bertahan menghadapi cobaan ini.
Hari demi hari kulalui dengan kehampaan….ada beberapa orang kakak kelas yang mencoba mendekatiku, seperti hari itu……
“ Fir…dapat salam dari Rudi, kelas Bio, tuh orangnya..” kata ka Roni sambil mengarahkan pandangannya pada seorang laki – laki yang sedang berdiri di depan pintu kelasnya, dia tersenyum.
 “ Alaika alaihissalaam……….” Jawabku
“ Berarti diterima ya Fir ?“ tanyanya lagi
“ Kak…..menjawab salam itu wajib kan, namun mohon maaf saya hanya bisa menjawab salamnya saja, lebih dari itu saya tidak bisa , sampaikan maaf saya ya, Kak……..“
Selalu seperti itu jawabanku, setiap ada yang ingin mengenalku lebih jauh,entahlah kenapa setelah aku berpisah dengan Rafi, hati ini seakan tertutup untuk yang lain.
Ada gurauan di antara teman-temanku,  “ Jago deh…….kalo ada yang berhasil merebut hatinya Fira. 
“  Aku mendapat julukan Fira yang Jaim……… hmmmh…..padahal aku tak seperti itu, hanya saja tidak ada yang bisa membuatku tersenyum bahagia, tersipu –sipu malu, selain Rafi………     
Aaah kalau ingat Rafi, aku selalu ingin menangis karena rasa bersalahku padanya, mungkin rasa sesalku takkan pernah berakhir… 

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Tibalah kami di penghujung tahun, saatnya kami tuk meninggalkan SMANSA tercinta ini.         
Ada haru di hatiku….kini ku akan pergi meninggalkan semua cerita cintaku bersama Rafi, biarlah SMANSA kan menjadi saksi, suka duka, bahagia dan air mata…semua kusimpan rapi dalam hati dan pikiranku. Aku tidak akan pernah melupakanmu Rafi….maafkan aku yang membuat hatimu terluka.  
Di saat teman – temanku sibuk dengan UMPTN, aku terbaring sakit, karena jauh sebelum itu pun aku sering sakit, bahkan ketika ujian berlangsung kondisiku kurang baik. Kurang lebih 6 bulan aku sakit, berobat  ke Dokter ahli pun kujalani, baik di Kotaku maupun Kota lain yang terdekat, entah berapa biaya yang telah orang tuaku habiskan demi kesembuhanku. Sepertinya  pepatah “ Hidup segan mati tak mau “ adalah tepat bagiku saat itu. Semangatku telah hilang..entah kemana. Ketika ku berobat ke Dr. Danny, dokter itu hanya bilang, “ Ah…nggak sakit apa-apa ini mah… cuma penyakit Mala Rindu..” katanya.
Benarkah…aku sakit karena terlalu merindu ?? Andai Rafi tahu….ah sudahlah, kucoba menepis bayangnya. Tapi nama Rafi selalu kusebut setiap ku berdoa pada Nya ,dalam setiap tangis sesalku…. Aku mohon ampun pada Allah, karena telah menyakiti Rafi,semoga Rafi mau memaafkan aku. Dan aku mohon pada Allah jika suatu saat nanti kami dipertemukan kembali aku ingin minta maaf pada Rafi.

Perlahan – lahan aku mulai bangkit dari keterpurukanku, aku mempunyai niat ingin bekerja,semua terlahir karena rasa sayangku pada orang tuaku,aku tak ingin membebani  terus mereka,mereka sudah banyak berkorban demi aku, aku ingin membalas kebaikan mereka, walaupun takkan pernah terbalas….
Alhamdulillah….Allah sangat sayang padaku, aku diterima kerja di Notaris.
Hari – hari kulalui dengan bekerja dan bekerja, hanya hari minggu saja aku libur itu pun tak pernah pergi kemana – mana, karena aku lebih betah di rumah. Ternyata dunia kerja penuh tantangan dan ujian bagiku, menempaku menjadi seseorang yang lebih dewasa,tentang persaingan…masalah asmara juga menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan. Aku dituntut untuk lebih bijak menghadapi semua itu, dari yang iseng – iseng ingin kenal saja sampai yang ngotot ngajak nikah, semua kulalui dengan sabar…kuyakin  semua itu cobaan bagiku. Karena  pada saat itu belum ada pikiran ke arah sana.

Ternyata manusia hanya mampu berencana, semua telah diatur oleh Nya. Aku diperkenalkan temanku dengan seseorang, ternyata orangnya baik, ramah, sopan santun dan melindungi. Dia berasal dari kota lain yang lebih besar dari kotaku, di  sini dia hanya bertugas saja, sebagai PNS.  Alhamdulillah..ada kecocokan di antara kami, kurang lebih 1,5 tahun kami membina hubungan baik, saling menjajaki satu sama lain, sampai akhirnya kami memilih untuk membawa hubungan ini ke jenjang yang lebih serius. Alhamdulillah….keluarga kami sangat mendukung dengan keputusan kami, akhirnya tiga tahun setelah aku lulus sekolah.  kami pun melangsungkan pernikahan.                                                                                                                                                    

11 TAHUN KEMUDIAN

Ponselku berbunyi, kulihat Tika memanggilku…. 
“ Assalamualaikum…”                                                                
“Waalaikum salam…Fira,gimana kabarmu?“
“Alhamdulillah..baik Tik, gimana denganmu…eh udah nikah belom ? “
 “Alhamdulillah baik-baik aja Fir, belom nih Fir…cariin dong, hehehe…udah punya momongan berapa  sekarang?“
“Alhamdulillah……..sekarang udah punya dua, ayo buruan nyusul, Tik…. hehehe… “
“Waaaah…senengnya, iya Fir pengen ih….doain aku ya Fir …” 
“ Iya Tik….aku doain deh biar cepet ketemu jodohnya…. “
“ Amiiiiin….btw gini lho Fir ,aku mau kasih tau,bentar lagi kan ada Reuni SMANSA angkatan kita. “
“Oh ya??! Kapan tuh?”
“Nanti deh,aku kabari lagi ya, kalau kamu ada waktu nanti ikut kumpul ya?“
“Ok…kalau aku ada waktu, pasti aku usahain Tik…“
“Ok deh…….nanti aku kabari lewat sms atau lewat  FB nih ?“
“ Sms aja deh Tik…aku jarang on line……… “
 “ Siiip deh…”
                                                                                                                                                                                           REUNI……begitu mendengar kata itu, aku langsung teringat akan seseorang, semoga aku bisa bertemu dengannya. Tapi ….mungkinkah nanti aku bisa menyampaikan maksudku itu ?                                               
Akhirnya tiba juga hari yang kunanti, aku sudah janjian dengan Emi…dia datang ke rumah menjemputku. Suamiku pengertian sekali deh, dia tak pernah membatasi ruang gerakku…jadi aku dilepasnya sendiri, dia lebih memilih mengajak anak – anakku pergi  jalan – jalan. YESS…TODAY IS MY DAY…. Ucapku senang.         Saking semangatnya…kita datang  masih tampak sepi, padahal udah mau jam 09.00 wib nih…yaa kepagian deh…its ok…daripada telat.

Mataku menelusuri setiap tempat di ruangan ini, mencari seseorang, dia datang  nggak yaa ?           
Setelah aku bertegur sapa dengan teman – teman yang sudah hadir, aku pun memilih duduk bersama teman – teman sekelas.
Ketika kami sedang asik ngobrol, tiba – tiba dari arah depan kulihat dia…yaa akhirnya aku melihat Rafi, dia datang  bersama istri dan anaknya. Alhamdulillah….ternyata Rafi sudah menikah juga, pintar juga dia memilih… istrinya cantik …
Tapi kupikir sekarang bukan waktu yang tepat untuk menyampaikan maksudku itu,semoga Allah memberiku kesempatan di lain waktu….
Aku duduk di samping Nugi, kemudian Rafi menghampiri kami, lalu kami pun bersalaman.
“Gi…apa kabar,sama siapa datang ke sini ? tanyanya pada Nugi.
“ Alhamdulillah….nih sama ini.. “ kata Nugi sambil menoleh kepadaku. Aku hanya bisa tersenyum, aku grogi..padahal aku ingin ngobrol sebenarnya, namun entah mengapa aku tak bisa berkata-kata.        Kalau tidak salah, tidak ada percakapan diantara kami,hanya itu saja. Mungkin kita masih sungkan….atau saling menebak apa yang ada di pikiran kita masing – masing, karena lamanya waktu yang memisahkan kita.
Pertemuanku dengan Rafi, sedikit mengobati rasa rindu di hatiku….kugoreskan rona hati ini dalam sebuah puisi:

Curahan hatiku
Dicintaimu adalah anugerah
Mencintaimu adalah kenangan terindah
Semua tersimpan rapi dalam ingatan 
 Berjumpa kembali denganmu adalah semangat baru
Kau hadirkan kembali senyumku seperti dulu, 
hingga kutersipu-sipu sama seperti dulu                                                                                        
Kaulah inspirasiku
Kau mampu mengembalikan kepercayaan diri dan kreatifitasku
Walau berjumpa  lewat tulisan
bagiku kaulah energy positif itu
Tidak ada yang sia – sia
tidak ada yang kebetulan
Semua terjadi karena Allah
kan kusyukuri sebagai satu nikmat dari Nya.
Bersambung………..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar